Rencana ini melibatkan penggabungan XL Axiata dan Smartfren menjadi entitas baru yang ditaksir bernilai $3,5 miliar, seperti yang dilaporkan Bloomberg berdasarkan sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Menurut laporan tersebut, penggabungan XL Axiata dan Smartfren, yang saat ini masing-masing merupakan operator seluler terbesar ketiga dan keempat di Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan persaingan dengan Telkomsel yang didukung negara dan pesaing lainnya. Gabungan kedua operator ini akan memiliki sekitar 94 juta pelanggan seluler (58 juta dari XL Axiata dan 36 juta dari Smartfren), menjadikannya pesaing yang lebih kuat untuk Telkomsel—yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Telkom Indonesia dan sebagian oleh SingTel—dengan lebih dari 158 juta pengguna seluler berdasarkan data September 2023, dan Indosat Ooredoo Hutchison, pemain terbesar kedua di pasar dengan sekitar 100 juta pelanggan seluler.
Struktur kesepakatan yang sedang dibahas bisa melibatkan kombinasi tunai dan saham. Meskipun kesepakatan yang tidak mengikat bisa diumumkan dalam beberapa bulan mendatang, yang memungkinkan kedua grup untuk melanjutkan negosiasi dan due diligence, sumber menyebutkan bahwa kesepakatan masih belum pasti.
Seorang perwakilan dari XL Axiata mengatakan bahwa konsolidasi akan memberikan manfaat bagi industri. Dia menambahkan bahwa perusahaan terbuka untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan, tetapi tidak secara langsung berkomentar mengenai kemungkinan merger dengan Smartfren, seraya menyatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan bagi para pemegang saham, menurut laporan The Business Times. Sementara itu, Direktur Utama Smartfren dan perwakilan Sinar Mas, Merza Fachys, mengatakan bahwa ia tidak memiliki informasi resmi untuk dibagikan, menurut surat kabar tersebut.
Kebangkitan pembicaraan merger ini, yang pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg pada bulan September, muncul setelah konsolidasi sektor seluler sebelumnya di Indonesia. Pada tahun 2022, terjadi perombakan besar-besaran di pasar ketika CK Hutchison dan Ooredoo dari Qatar menggabungkan bisnis telekomunikasi mereka di Indonesia dalam transaksi senilai $6 miliar, membentuk pesaing yang lebih kuat untuk Telkomsel dan mengurangi jumlah operator seluler dari lima menjadi empat di negara dengan populasi sekitar 270 juta orang.
Seiring dengan terus berkembangnya ekonomi digital yang dinamis di Indonesia, kombinasi XL Axiata-Smartfren akan menyediakan pesaing yang jauh lebih tangguh bagi dua pemimpin pasar negara itu. Namun, masih ada jalan panjang dalam proses ini. Meskipun kedua perusahaan mungkin setuju dengan kesepakatan yang tidak mengikat, hambatan regulasi untuk mengurangi sektor dari empat perusahaan utama menjadi hanya tiga akan sangat tinggi, dan jika kesepakatan tersebut tercapai, banyak tantangan integrasi yang akan dihadapi.