Rabu, 24 Juli 2024 – 00:28 WIB
Jakarta – Pemerintahan Presiden dan Wakil Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming terlilit utang berakhirnya warisan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, syarat pinjaman tersebut akan semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada tiga tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto, yakni pada tahun 2025, 2026, 2027.
Baca juga:
Prabowo Minta Maaf Tak Bisa Hadiri Harlah PKB: Saya Wakil Presiden Jokowi di Luar Negeri
Direktur Riset Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal Center for Economic Reform (CORE) Indonesia, Ahmad Akbar Susamto mengingatkan, pemerintahan Prabowo-Gibran perlu mendapat perhatian, mengingat pemerintahan baru memiliki berbagai program prioritas yang meningkatkan kebutuhan belanja.
“Kita harus berhati-hati, karena saat ini pemerintahan baru mempunyai banyak janji yang ingin dipenuhi, namun pada saat yang sama belanja meningkat, pendapatan melambat, defisit semakin besar, utang semakin besar. , dan ini harus dilakukan lagi,” kata Akbar pada acara CORE Indonesia Midyear Review, Selasa, 23 Juli 2024.
Baca juga:
Jokowi menjadi tuan rumah KTT Hari Anak Nasional ke-40 di Papua
Akbar mengatakan, utang pemerintah mencapai Rp8,353 triliun hingga 31 Mei 2025, meningkat 7,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Baca juga:
Chuck Imin: Pak Jokowi Jadikan Anaknya Wakil Presiden, Awas Saja
Sedangkan untuk utang negara sendiri diketahui memiliki jangka waktu yang berbeda-beda, ada yang jangka pendek dan ada yang jangka panjang. Namun hal ini tetap perlu menjadi perhatian bagi pemerintahan baru, mengingat jatuh tempo utang tertinggi terjadi pada tiga tahun pertama pemerintahan baru.
“Kombinasi dari semua ini harus menjadi fokus karena akan tumbuh secara signifikan dalam tiga tahun ke depan,” katanya.
Seperti diketahui, pada tahun 2025 utang Indonesia mencapai Rp 800 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan penyebab besarnya pembayaran utang yang jatuh tempo pada 2025 lebih dari Rp 800 triliun.
Bendahara negara itu mengatakan, besaran utang yang akan dikeluarkan pada 2025-2027 tidak menjadi masalah selama persepsi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perekonomian, dan politik Indonesia tetap baik di pasar.
“Kalau negara ini tetap bisa diandalkan, APBN-nya bagus, situasi perekonomiannya bagus, situasi politiknya stabil, maka risiko turnover hampir sangat rendah. Karena pasar menganggap negara ini akan tetap sama, makanya kedewasaan Seperti 2025, 2026, 2027 yang terkesan tinggi, “Tidak sulit,” kata Shri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI Kamis, 6 Juni 2024.
Dia menjelaskan, besarnya pembayaran utang yang jatuh tempo pada 2025-2027 disebabkan oleh pandemi COVID-19. Sebab saat itu dibutuhkan tambahan belanja sebesar Rp 1.000 triliun, di saat pendapatan pemerintah berkurang 19%.
“Jadi tahun 2020, maturitas pandemi kita maksimal 7 tahun, dan sekarang kita fokus pada 3 tahun terakhir, 2025, 2026, dan 2027, ada yang 8 tahun. dia menambahkan.
Halaman selanjutnya
Seperti diketahui, pada tahun 2025 utang Indonesia mencapai Rp 800 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan penyebab besarnya pembayaran utang yang jatuh tempo pada 2025 lebih dari Rp 800 triliun.