Thailand tambah insentif lagi untuk mobil hybrid, Indonesia kapan?

Jumat, 2 Agustus 2024 – 12:14 WIB

Jakarta, VIVA – Pemerintah Thailand memberikan insentif tambahan atau keringanan pajak untuk kendaraan hybrid. Insentif tersebut tidak hanya untuk meningkatkan penjualan, tetapi juga menarik investor untuk membangun pabrik dan mengoleksi mobil hybrid di Negeri Gajah Putih tersebut.

Baca juga:

Indeks Keyakinan Industri Juli 2024 Melambat ke 52,40, Mengapa?

Kutipan VIVA Otomoti dari Reuters, Jumat 2 Agustus 2024, Board of Investment (BOI) atau Badan Investasi Thailand mengumumkan pajak mobil hybrid bagi yang emisi 100 gram/kilometer akan diturunkan menjadi hanya 6 persen. .

Setelah itu turun 9 persen untuk emisi 101-120 gram per kilometer. Padahal, pajak mobil hybrid di sana sebelumnya disebut-sebut sebesar 11 persen.

Baca juga:

Kementerian Perindustrian menolak menerima laporan Kementerian Keuangan atas informasi sekitar 26 ribu kontainer

Sekretaris Jenderal Badan Investasi Thailand Narit Terdsteerasukdi, insentif ini untuk menarik investasi dalam pengembangan dan produksi kendaraan hybrid di Thailand.

“Dalam lima hingga 10 tahun ke depan, volume penjualan sebagian besar akan berasal dari mobil hybrid dan listrik. Untuk mendorong investasi berkelanjutan di dalam negeri, diperlukan langkah-langkah untuk mendukung mobil hybrid,” kata Narit.

Baca juga:

Gaikindo mengungkap mengapa mobil hybrid lebih populer dibandingkan mobil listrik

Pameran mobil hybrid Toyota

Selain itu, tambahnya, Thailand juga berpotensi menjadi pusat manufaktur segala jenis kendaraan, baik komponen maupun kelengkapan kendaraan.

Narit Terdsterasukdi berharap kebijakan tersebut dapat menarik investasi sebesar 50 miliar baht atau Rp 22,6 triliun dan memperkuat posisi Thailand sebagai pasar utama mobil hybrid di Asia.

“Dalam 5-10 tahun ke depan, mayoritas penjualan akan datang dari kendaraan hybrid dan listrik,” ujarnya.

Saat ini banyak produsen mobil yang merasakan manfaat insentif tersebut, antara lain Toyota, Honda, Mitsubishi Nissan, Great Wall Motor (GWM), MG Motor, dan Chery.

Indonesia kapan?

Produsen mobil di Indonesia sendiri sudah menyatakan perlunya mendorong mobil hybrid dan juga mobil listrik. Mengingat penjualan mobil hybrid lebih banyak dibandingkan mobil listrik.

Putu Juli Ardika selaku CEO Ilmate Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mengatakan mobil hybrid dapat mengurangi konsumsi bahan bakar sehingga lebih ramah lingkungan.

“Tidak hanya mobil listrik saja yang menggunakan baterai, tapi hybrid dan plug-in hybrid juga menggunakan baterai. Jadi sebenarnya mereka termasuk golongan pengurang emisi,” ujarnya seperti dikutip VIVA Otomotif di ICE BSD, Tangerang, baru-baru ini.

Putu mengatakan, promosi kendaraan hybrid masih memerlukan pelatihan dan koordinasi antar kementerian.

“Kalau memang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) masih bisa dinegosiasikan tanpa wanprestasi atau penolakan terhadap kebijakan kita yang berbasis Motor Listrik Baterai (KBLBB), hal ini perlu dibicarakan,” ujarnya.

Halaman selanjutnya

Narit Terdsterasukdi berharap kebijakan tersebut dapat menarik investasi sebesar 50 miliar baht atau Rp 22,6 triliun dan memperkuat posisi Thailand sebagai pasar utama mobil hybrid di Asia.

Halaman selanjutnya



Sumber