Tanggerang, VIVA – Plantation Expo (Bunex) 2024 berhasil mencatatkan nilai mengesankan perjanjian kerja sama melalui kegiatan kompatibilitas komersial atau forum investasi.
Baca juga:
Temui Tumtum, simbol promosi ekonomi Indonesia di World Expo 2025
Total perjanjian kerja sama dalam acara tersebut mencapai Rp3,1 triliun yang menunjukkan besarnya potensi industri perkebunan Indonesia dalam menarik perhatian badan usaha dalam dan luar negeri.
Perjanjian ini ditandatangani atas kerja sama antara badan usaha perkebunan dengan mitra atau pembelidia, Kamis 14 September 2024.
Baca juga:
Menabung dan Berinvestasi: Strategi Keuangan Cerdas untuk Gen Z yang Perlu Anda Ketahui
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan didukung Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) akan menjadi tuan rumah forum investasi yang mempertemukan pelaku usaha, eksportir, dan investor dengan produsen produk perkebunan premium seperti pinang. , gula palem, kopi dan vanila.
Baca juga:
Rahasia mengatur keuangan pribadi dengan gaji rendah, tabungan dan tips aman!
Kerja sama ini tidak hanya membantu meningkatkan nilai ekspor barang, namun juga mempererat kerja sama antar pemangku kepentingan di sektor perkebunan.
Plt Direktur Jenderal Perkebunan Heru Tri Vidarto mengapresiasi perolehan nilai perjanjian kerja sama tersebut, yakni tiga kali lipat dari nilai perjanjian kerja sama yang diperoleh pada Bunex 2 tahun lalu.
“Kami juga bangga dengan tercapainya nilai perjanjian kerjasama ini, kami berharap dapat memberikan akses pasar yang lebih luas terhadap produk-produk perkebunan, hal ini juga menandakan bahwa penguatan kemitraan komersial perkebunan terus berlanjut hingga saat ini, dan Dirjen Perkebunan mendorong dan memfasilitasi berkembangnya perjanjian dagang dan kemitraan perdagangan perkebunan ke depan baik di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Heru sesaat setelah menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut.
Menurut Heru, saat ini kondisi geopolitik dunia yang kurang baik akan berdampak pada hal tersebut. pengajuan permintaan Produksi pangan global di Indonesia hampir dapat diabaikan. Permintaan ekspor produk perkebunan seperti pinang, gula pasir, enau, kopi, dan vanila pada Bunex 2024 untuk pasar luar negeri masih sangat penting.
Permasalahan pasar ekspor saat ini tidak hanya terkait dengan dinamika iklim yang mempengaruhi ketersediaan barang produksi, namun secara lebih luas, banyak negara di dunia yang saat ini mengalami kenaikan inflasi akibat gangguan pasokan dan prakiraan resesi global. berlanjut pada tahun ini, yang dilaporkan oleh berbagai lembaga internasional, termasuk Bank Dunia dan IMF,” tambah Heru.
Lebih lanjut, Heru mengungkapkan resesi global dapat menyebabkan penurunan harga produk pertanian akibat menurunnya permintaan global akibat resesi. Hal ini justru memberikan tekanan pada ekspor dan neraca perdagangan Indonesia.
“Masalah-masalah tersebut ke depan harus kita antisipasi dalam pengembangan ekspor produk perkebunan. Kita juga harus ingat bahwa dalam 1-2 tahun terakhir Indonesia mendapat rejeki nomplok dari harga komoditas premium seperti kakao, kopi, dan kelapa sawit, dampak situasi ini di tingkat petani juga patut dicermati. yang saat ini belum mengalami harga yang kompetitif,” kata Heru.
Sebagai informasi, Bunex merupakan yang ke-3 pada tahun 2024 untuk produk kacang-kacangan karya PT. Best Star Indonesia meraih kesepakatan pasar terbesar senilai 2,9 triliun rupiah dengan pembeli dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan, Bangladesh, India, dan Iran.
Selain itu barang gula aren melalui PT. Legenda Gula Jawa berhasil menandatangani kontrak pasar senilai 126,4 miliar rupiah.
Kemudian barang kopi melalui PT. Kopi Karakter, PT. Jema Kopi Nusantara, PT. Bibit Botani Indonesia, Poktan Vanoja, PT. Global Nusantara Makmur, Rayanas Coffee, Alfanoos International, Kaffa Australia dan PT. JPLM berhasil menandatangani perjanjian kerjasama dengan total nilai Rp 26,68 miliar.
Terakhir untuk barang vanilla melalui PT. Cahaya Desa Ekspor menandatangani perjanjian kerjasama dengan Shoonsen Co. Ltd dengan biaya Rs 1 miliar.
Perdagangan lain yang dapat diperhitungkan nilai kerja samanya pada September 2024 adalah kelapa sawit, karet, teh, kopi, tembakau, vanila, dan gula kelapa yang mencapai Rp 70,7 triliun.
Dengan tercapainya perjanjian kerja sama senilai triliunan rupiah tersebut, Bunex 2024 menjadi platform strategis untuk mempertemukan para pelaku industri perkebunan dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Halaman berikutnya
“Kami juga bangga dengan tercapainya nilai perjanjian kerjasama ini, kami berharap dapat memberikan akses pasar yang lebih luas terhadap produk-produk perkebunan, hal ini juga menandakan bahwa penguatan kemitraan komersial perkebunan terus berlanjut hingga saat ini, dan Dirjen Perkebunan mendorong dan memfasilitasi berkembangnya perjanjian dagang dan kemitraan perdagangan perkebunan ke depan baik di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Heru sesaat setelah menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut.