Ketua Komisi I RHDP mendukung rencana evakuasi segera WNI di Lebanon.

Jakarta, VIVA – Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mendukung rencana pemerintah mengevakuasi WNI di Lebanon, apalagi pasca penyerangan tentara Israel (IDM) ke Lebanon mulai awal pekan ini. .

Baca juga:

Mabes: Pasukan TNI di Lebanon siap membantu mengevakuasi WNI ke Indonesia

Dalam pertemuan di Jakarta, Kamis, 26 September 2024, Meutya menegaskan, perlindungan WNI tetap menjadi prioritas utama pemerintah.

Oleh karena itu, ia pun memuji tindakan cepat Kementerian Luar Negeri RI yang segera berkoordinasi dengan TNI untuk membahas rencana evakuasi WNI.

Baca juga:

Yunani telah menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina

VIVA Military: Drone Hizbullah Lebanon

Lebih lanjut, Meutya mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam membuat rencana evakuasi, karena situasi di Lebanon kurang mendukung dan sewaktu-waktu bisa memburuk.

Baca juga:

Sekretaris Jenderal PBB: Masyarakat dunia tidak akan membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza

“Saya yakin pemerintah akan berhati-hati, saat ini Kemlu sedang berkoordinasi dengan banyak pihak. Ini sangat bagus, termasuk keterlibatan TNI dan Polri, karena evakuasi di zona perang bukanlah hal yang mudah,” kata Meutya. setelah menghadirinya diskusi di pusat kebudayaan Organisasi Amerika Serikat, Jakarta.

Terkait penarikan pasukan TNI yang saat ini bertugas di Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL), Meutya mengatakan misi penjaga perdamaian harus terus dilanjutkan karena perannya lebih penting dalam konteks semakin intensifnya konflik.

“Misi penjaga perdamaian terus berjalan karena semakin penting peran misi penjaga perdamaian kita di Lebanon saat ini,” kata Meutya.

Serangan Israel ke Lebanon

Serangan Israel ke Lebanon

Mabes TNI dan Kementerian Luar Negeri RI menggelar rapat teknis di Jakarta, Kamis, membahas situasi terkini di Lebanon dan rencana evakuasi WNI.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha di Jakarta, Kamis, mengatakan, pasukan TNI yang saat ini bertugas di UNIFIL akan dikerahkan untuk membantu evakuasi saat terjadi konflik. Libanon dan Libanon. Angkatan bersenjata Israel (IDM) telah berkembang.

Rencana tersebut juga disampaikan oleh Kepala Pusat Penerangan TNI (Kapuspen) Mayjen TNI Harianto yang mengatakan prajurit TNI yang saat ini bertugas di UNIFIL siap membantu pemulangan WNI di Lebanon.

Namun, rencana ini memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan UNIFIL, termasuk Komandan Pasukan UNIFIL, yang akan menjadi Letnan Jenderal Aroldo Azaro dari Angkatan Bersenjata Spanyol mulai tahun 2022.

“Untuk evakuasi pengungsi di dekat perbatasan Israel harus mendapat izin dari Panglima UNIFIL, sedangkan penarikan personel TNI saat ini menunggu keputusan Panglima UNIFIL,” kata Penuspen Panglima TNI.

Judo mengatakan, saat ini terdapat 155 WNI yang tinggal di Lebanon. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar dan mereka yang menikah dengan warga negara Lebanon.

Selain 155 WNI tersebut, terdapat juga prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL di Lebanon. Sebanyak sekitar 1.000 prajurit bertugas di berbagai satuan UNIFIL, antara lain Satuan Tugas Marinir (MTF), Satuan Tugas Mekanis Batalyon TNI (Indobatt), Satuan Pendukung Markas Besar Angkatan (FHQSU), dan Indian Force Protection Company (FPC). Force), Satgas Koordinasi Sipil-Militer TNI (CIMIC), Satgas Unit Komunitas Militer (MCOU), dan Satgas Rumah Sakit Tingkat 2.

Prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL sebagian besar beroperasi di darat, sedangkan Satgas MTF menjalankan tugasnya di laut.

Tentara Israel menyerang tanah Lebanon sejak awal pekan dengan dalih menyerang kelompok Hizbullah. Akibat serangan ini, pihak berwenang Lebanon menyebutkan lebih dari 500 orang tewas, lebih dari 1800 warga sipil terluka, dan puluhan ribu warga mengungsi.

Namun ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkat sejak invasi Israel ke Palestina menyusul peristiwa 7 Oktober 2023. Ketegangan juga meluas hingga ke perbatasan Israel-Lebanon, termasuk Garis Biru (garis demarkasi yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon). Libanon).

KBRI Beirut menetapkan status Waspada 1 bagi WNI di seluruh Lebanon. Kementerian Luar Negeri RI juga mengeluarkan travel warning yang meminta WNI untuk menunda perjalanan ke Lebanon dan Israel.

Sejak ditetapkannya Siaga 1 pada Agustus 2024, KBRI telah memfasilitasi kepulangan 25 WNI asal Lebanon ke Indonesia. (semut)

Halaman berikutnya

“Misi penjaga perdamaian terus berjalan karena semakin penting peran misi penjaga perdamaian kita di Lebanon saat ini,” kata Meutya.

Halaman berikutnya



Sumber