Memberikan insentif pada sektor perumahan, SMF: lebih dari sekedar membangun perumahan yang layak

Senin, 30 September 2024 – 16:44 WIB

Bandarlampung, VIVA – PT Sarana Multigriya Financial (SMF) memperkirakan program 3 juta rumah yang dicanangkan pemerintahan baru memberikan dampak positif terhadap sektor perumahan. Pemberian insentif di bidang perumahan mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Baca juga:

Pencuri yang ceroboh di perumahan Citra Garden Kalideres, menjatuhkan seorang pria paruh baya hingga terjatuh

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka selaku presiden dan wakil presiden terpilih bicara soal pembangunan 3 juta rumah sebagai bentuk perhatian terhadap sektor perumahan. Program ini diharapkan dapat mengatasi backlog perumahan.

Kepala Ekonom SMF Research Institute Martin Daniel Siyaranamual menjelaskan, ada dua jenis backlog yang harus menjadi perhatian pemerintah, yakni property backlog dan liabilitas backlog. Backlog properti adalah masyarakat yang menempati rumah yang bukan miliknya, sedangkan backlog perumahan adalah masyarakat yang menempati rumah yang tidak layak huni.

Baca juga:

Pembayaran Dana SMF untuk KPR FLPP meningkat 9,67%, mendukung perumahan terjangkau

Total backlog kepemilikan sebanyak 9.905.824 KK atau 13,56 persen. Sedangkan backlog kelayakan perumahan mencapai 26.921.971 KK atau setara 36,85 persen.

Baca juga:

SMF mencatatkan kinerja solid pada semester I-2024, pertumbuhan aset mencapai Rp 51,81 triliun

Martin mengatakan masih ada kelompok yang kurang terlayani dan sering terabaikan. Mereka merupakan persilangan dari dua jenis keterbelakangan, yaitu mereka yang tinggal di rumah non-swasta dan tidak layak pakai. Jumlah kelompok tersebut mencapai 6,14 persen atau 4 juta 486 ribu 784 KK.

Lebih lanjut Martin menyatakan, hasil kajian internal SMF dan DTS Indonesia menunjukkan adanya efek domino dari perkembangan sektor residensial pada tahun 2023. Selain menjadi lokomotif pembangunan ekonomi, juga berperan strategis dalam kondisi sosial masyarakat.

“Kalau bicara perumahan, kita tidak hanya bicara membangun rumah saja,” kata Martin dalam jumpa pers SMF di Bandar Lampung, Minggu (29/9/2024).

Martin mengatakan, sektor perumahan erat kaitannya dengan dua hal. Pertama, soal pengentasan kemiskinan. Kajian SMF menunjukkan bahwa pada tahun 2023, setiap stimulus sebesar Rp 1 triliun pada sektor perumahan akan berdampak pada penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 6.107 orang. Artinya angka kemiskinan turun menjadi 0,0022 persen.

“Rumah berbicara tentang pengentasan kemiskinan. Maksudnya apa? Bukan sekedar membangun rumah, tapi harus melihat dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan,” tambah Martin.

Kedua terkait kualitas sumber daya manusia (SDM) yang otomatis berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Setiap stimulus berdampak pada pertumbuhan pendapatan (PDB) sekitar Rp 1,8 triliun.

Foto keluarga

Foto:

  • pexels.com/August de Richelieu

Hal ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sekitar Rp 800 juta diciptakan di bidang kesehatan dan berdampak positif terhadap kegiatan perekonomian di bidang pendidikan dengan peningkatan sekitar Rp 1,38 miliar.

“Peningkatan kesejahteraan ini termasuk pertumbuhan,” ujarnya.

Martin menjelaskan, insentif pada sektor perumahan juga memberikan dampak positif pada berbagai sektor. Hal ini berdampak besar pada setidaknya 185 sektor, seperti perdagangan, barang mineral, transportasi darat, jasa persewaan, dan lain-lain.

Halaman berikutnya

Martin mengatakan, sektor perumahan erat kaitannya dengan dua hal. Pertama, soal pengentasan kemiskinan. Kajian SMF menunjukkan bahwa pada tahun 2023, setiap stimulus sebesar Rp 1 triliun pada sektor perumahan akan berdampak pada penurunan jumlah penduduk miskin sekitar 6.107 orang. Artinya angka kemiskinan turun menjadi 0,0022 persen.

Halaman berikutnya



Sumber