Peningkatan cadangan devisa sebesar Rp 74 triliun, bukti perekonomian tetap maju meski 5 bulan berturut-turut mengalami deflasi

Jumat, 4 Oktober 2024 – 04:48 WIB

Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indikator keuangan mengalami deflasi sebesar 0,12 persen pada September 2024 secara bulanan (mtm). Hasil ini mencatatkan penurunan kelima berturut-turut, namun Menko Eirlanga menegaskan perekonomian secara keseluruhan menunjukkan tren positif.

Baca juga:

RI 5 Bulan Deflasi, Anindya Bakri: Dunia Usaha Yakin Pemerintah Bisa Jaga Perekonomian Tetap Sehat

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Airlanga Hartarto mengatakan, untuk menilai deflasi harus melihat secara keseluruhan. Artinya, tidak hanya penurunan daya beli masyarakat yang dinilai menjadi penyebab utamanya.

Lebih lanjut Menko Airlanga menjelaskan, beberapa indikator perekonomian mampu meningkat meski Indonesia kembali mengalami deflasi untuk kelima kalinya sejak Mei 2024. Termasuk peningkatan cadangan devisa negara dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).

Baca juga:

Airlangga menegaskan deflasi selama 5 bulan berturut-turut bukan disebabkan lemahnya daya beli

Melansir Antara, cadangan devisa pada akhir Agustus 2024 bertambah sekitar 4,8 miliar dolar AS (Rp 74,27 triliun). Pada akhir Juli 2024, cadangan devisa meningkat menjadi 145,4 miliar dollar AS (setara Rp 2.250,05 triliun). ) menjadi 150,2 miliar dolar atau Rp 2,324,3 triliun.

Gambar deflasi – pedagang cabai

Foto:

  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumai

Baca juga:

RI Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Ekonom Tekankan Penurunan Konsumsi

Pada gilirannya, IKK juga menunjukkan peningkatan bulanan dari 123,4 menjadi 124,4. Perkembangan kedua indikator tersebut menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia semakin maju dan tumbuh dalam situasi yang disebut-sebut mirip dengan krisis tahun 1998.

“Jika perekonomian tidak bergerak, cadangan devisa tidak akan bertambah. “Apalagi kita hanya mengeluarkan aturan ekspor devisa (DHE) yang terbukti mampu menjaga jumlah dolar dalam negeri,” kata Airlanga.

Rupiah berhasil terdepresiasi hingga Rp 15.300. Dimana sebelumnya saya membeli level Rp 16.000.

“Jadi ini bukti perekonomian bergerak,” tegas Airlanga.

Mengutip berita VIVA (10/1/2024), Menko Eirlangga menegaskan deflasi selama 5 bulan berturut-turut bukan merupakan tanda melemahnya daya beli masyarakat. Saat ini inflasi inti Indonesia masih tercatat sebesar 0,16 persen mtm dan kontribusi inflasi sebesar 0,10 persen.

Menurut Airlangga, inflasi inti merupakan faktor yang lebih penting untuk diperhatikan dibandingkan inflasi umum. Sebab, jika inflasi inti naik maka dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi.

“Karena akan menjadi anomali jika pertumbuhan meningkat tetapi inflasi inti turun,” kata Airlangga.

Airlangga mengatakan Indonesia berhasil menekan laju inflasi dalam 10 tahun terakhir, jika melihat laju inflasi secara keseluruhan. Pada tahun 2014, tingkat inflasi dalam negeri sebesar 8,36 persen. Sementara itu, inflasi year-to-date berada pada angka 1,84 persen secara tahunan atau year-on-year, dan inflasi tahun kalender atau year-to-date berada pada angka 0,74 persen pada bulan September.

“Kami tidak khawatir dengan hal itu (deflasi) karena kami juga melihat indikator perekonomian lainnya,” tutupnya.

Halaman berikutnya

“Jadi ini bukti perekonomian bergerak,” tegas Airlanga.

Halaman berikutnya



Sumber