Profesor FEB UI: Manfaat pembangunan infrastruktur sudah terasa di era Jokowi

Jakarta, VIVA- Guru Besar FEB UI Telisa Aulia Falianti mengatakan, manfaat pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan Presiden Jokowi kini sudah bisa dirasakan masyarakat luas.

Baca juga:

Jokowi berangkat ke Kaltim dan mengikuti turnamen Seru TNI TNI di IKN

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar FEB UI, Profesor Telisa, saat menjadi narasumber. “Infrastruktur mempunyai multiplier effect yang sangat besar, sifat infrastruktur di Indonesia adalah padat karya, karena banyak PSN yang merampas lapangan kerja,” kata Profesor Telisa.

“Kita dorong TKDN, pemerintah dorong pembangunan infrastruktur dengan produk lokal seperti industri semen, transportasi, dan lain-lain,” ujarnya.

Baca juga:

Jokowi mengatakan dialog bisa menjadi kunci pencegahan konflik di Timur Tengah

“Sebagai masyarakat, kami merasakan efisiensi aktivitas kami dengan dibangunnya infrastruktur,” tegasnya.

“Biasanya masyarakat menganggap infrastruktur itu bersifat fisik, padahal juga berkaitan dengan teknologi. Profesor Telisa menjelaskan: “Di era Pak Jokowi, kecepatan internet kita dipercepat, misalnya dari 4G ke 5G, sehingga komunikasi dan efisiensi kita menjadi lebih mudah.”

Baca juga:

Konversi digital pada era Jokowi meningkat sebesar 82,6 persen dan menjangkau daerah 3T

Perekonomian juga banyak menggunakan digital, jadi ini semua sangat membantu perekonomian nasional, tutupnya. Menurutnya, Pak Jokowi yang merupakan Bapak Infrastruktur Indonesia patut kita apresiasi karena beliau meninggalkan warisan yang luar biasa.

Meskipun terdapat tekanan ekonomi global, kita masih mampu menjaga perekonomian pada angka 5 persen, kita masih dapat terus bertumbuh di era COVID-19 dan bahkan pulih lebih cepat dibandingkan negara-negara yang menerapkan lockdown.

“Infrastruktur sangat membantu perekonomian saat itu. Kepemimpinan Presiden Jokowi sangat layak disebut sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia, ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susivijono Moegiarso dalam dialog di salah satu media. Menurut dia, terkait konektivitas dan pergerakan seperti bandara, pelabuhan, jalur kereta api, kemudian energi terkait kedaulatan pangan dengan 53 bendungan, petak pangan dengan jaringan irigasi sudah terlaksana.

“Di hilir juga ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sejauh ini ada 22. Kalau kita lihat sebarannya, 15 di antaranya berada di luar Pulau Jawa, sehingga mendorong perekonomian inklusif. Penambahan tenaga kerja menjadi 122 ribu pekerja tiba,” ujarnya. menjelaskan.

Sedangkan bicara wilayah 3T sudah mendongkrak perekonomian di daerah perbatasan seperti Jayapura, Irian, lalu ada juga perbatasan dengan Timor Leste, ujarnya.

“Empat pembangunan infrastruktur besar-besaran selama satu dekade terakhir ini berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi kita,” ujarnya saat itu.

Ini semua merupakan proyek multiyears, jadi dari segi jumlah, relatif semuanya sudah selesai dan ada pula yang masih dalam proses. Kami melakukan penilaian PSN secara berkala dan melaporkannya, sehingga pada penghitungan terakhir terdapat 233 proyek, sebagian akan jatuh tempo pada akhir tahun ini dan sebagian lagi setelah tahun 2024. Jadi semuanya masih dalam proses.

Berbagai proyek infrastruktur yang kita miliki, baik PSN maupun Kawasan Pengembangan Ekonomi khususnya KEK atau Kawasan, sebenarnya sedang pemerataan seluruh sumber pembangunan ekonomi, khususnya di luar Pulau Jawa.

“Saat ini, dari 22 KEK yang beroperasi, 15 diantaranya berada di luar Pulau Jawa serta beberapa kawasan 3T, pemerintah terus mengembangkan sumber ekonomi baru di wilayah perbatasan,” ujarnya.

“Dari segi keberlangsungan proyek, saya kira untuk APBN tahun depan 2025 pemerintah masih besar jumlahnya, 400,3 T dengan fokus pada beberapa layanan dasar kepada masyarakat, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemudian pangan dan energi. masalah keamanan,” lanjut penjelasannya.

Seperti kita ketahui, infrastruktur merupakan hal terpenting yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Khususnya share terhadap GDP kita, salah satu contoh sektor konstruksi, sharenya terhadap GDP sudah 10 persen, selain itu sektor konsumer kita juga sudah tumbuh selama beberapa tahun terakhir pada semester I tahun 2024. . masih 7,5 persen, jadi sangat tinggi, tegasnya.

Jadi kalau dilihat multiplier effectnya, sektor konstruksi yang satu mempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan sektor lainnya. Oleh karena itu, pemerintah yakin ke depan kita akan terus melakukan pembangunan infrastruktur, tidak hanya sekedar mendorong pertumbuhan ekonomi yang akan kita jaga pada level di atas 5 persen, seperti yang telah disampaikan oleh Presiden.

Demi keberlanjutan di masa depan, kami ingin memulihkan beberapa infrastruktur yang telah kami bangun selama 10 tahun terakhir, lalu apa selanjutnya? “Misalnya dari 61 bendungan yang ada, ada 53 bendungan. Ke depan kita akan menggairahkan jaringan irigasi dan mengoptimalkan pemanfaatan bendungan itu sendiri,” tutupnya.

Halaman selanjutnya

Meskipun terdapat tekanan ekonomi global, kita masih mampu menjaga perekonomian pada angka 5 persen, kita masih dapat terus bertumbuh di era COVID-19 dan bahkan pulih lebih cepat dibandingkan negara-negara yang menerapkan lockdown.



Sumber