Omzet program 3 juta rumah diperkirakan mencapai Rp 400 triliun per tahun, berikut perhitungannya

Minggu, 20 Oktober 2024 – 23:57 WIB

Jakarta – Pidato pemerintahan Prabowo Subianto yang akan segera melaksanakan program 3 juta rumah per tahun langsung menimbulkan optimisme masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah dana ratusan triliun yang akan dialokasikan dari rencana strategis tersebut untuk menggairahkan sektor riil dan pada akhirnya untuk pengembangan perekonomian nasional.

Baca juga:

Presiden Prabowo memastikan subsidi tersebut tepat sasaran

Berdasarkan peta jalan kelompok kerja kelompok perumahan, setiap tahunnya disiapkan 3 juta rumah. Sebanyak 1 juta unit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di perkotaan dan 2 juta unit untuk masyarakat pedesaan.

“Program prioritas Pak Prabowo adalah pengentasan kemiskinan yang salah satunya bertumpu pada sektor perumahan. Efek berantai dari proyek ini adalah menggerakkan sektor riil, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan aliran uang di daerah,” kata Bonnie Z Minang, salah satu anggota kelompok yang mengerjakan perumahan yang diketuai oleh Hashim Johadikusumo.

Baca juga:

Mengenal Metode Pembayaran: Keuntungan dan Pilihan Sesuai Preferensi

Bank Tabungan Negara (BTN) juga telah melakukan kajian internal terhadap potensi dana yang berasal dari program tersebut. Petikan kajian, Minggu 20 Oktober 2024, memperkirakan harga rumah subsidi di perkotaan rata-rata nilai jualnya Rp 200 juta dan rumah di pedesaan pada kisaran Rp 75 juta – Rp 100 juta.

Contoh rumah Rp 130 juta yang dijual Ciputra Group di Maja, Banten.

Baca juga:

BI membebaskan biaya transaksi QRIS hingga Rp 500 ribu mulai 1 Desember 2024

Alhasil, jika program 3 juta rumah dimanfaatkan secara maksimal, maka volume transaksinya bisa mencapai sekitar Rp 400 triliun per tahun. Ini merupakan perkiraan minimal, karena harga jual rumah di setiap daerah tidak selalu sama.

Dana sebesar itu akan diberikan kepada pengembang, khususnya pengembang kelas kecil dan menengah yang akan membangun perumahan terjangkau bagi MBR di pedesaan. Pembangunan perumahan yang baik di kota dan desa mendorong perekonomian sekitarnya.

Menurut perkiraan kelompok studi BTN, proyek properti akan memberikan efek pengganda kepada 183 subsektor usaha lainnya. Mulai dari sektor hulu seperti produsen semen, batu bata, rangka baja, atau rantai pasok hilir seperti bengkel konstruksi, pemasok bangunan, dan UKM yang mendukung kebutuhan proyek.

Jika Presiden terpilih Prabowo bisa bergerak cepat, maka target pertumbuhan ekonomi 8% akan mendapat dukungan signifikan dari sektor properti dan ekosistemnya.

CEO BTN Nixon Lp Napitupulu menyatakan siap mendukung Program tiga juta rumah dalam setahun, karena perseroan memiliki kemampuan menjadi pemimpin pasar KPR nasional, serta pengalaman sebelumnya dalam mendukung Program tersebut. satu juta rumah selama lima tahun. tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. BTN mempunyai pangsa pasar lebih dari 80 persen dari sekitar 300.000-400.000 unit KPR subsidi per tahun.

Dari sisi pembiayaan, BTN juga bersedia mencari sumber pendanaan dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk dengan mendorong sekuritisasi aset KPR agar tersedia dana murah dalam jangka panjang.

“BTN stand by memasok dengan memberikan pembiayaan kepada pengembang dalam bentuk pinjaman konstruksi, baik untuk rumah bumi (rumah tuan tanah) atau bertingkat tinggi (rumah vertikal). “Sejauh ini tawaran pinjaman ini berhasil, jadi bukan hal baru bagi BTN,” kata Nixon.

Direktur BTN Nixon LP Napitupulu.

Direktur BTN Nixon LP Napitupulu.

Skema subsidi KPR yang diajukan BTN pada pemerintahan baru terbagi menjadi tiga jenis, antara lain subsidi penyaluran, subsidi selisih bunga, dan premi asuransi. Semua sumber dana atau insentif berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dana lainnya.

Subsidi distributif ditujukan kepada masyarakat miskin atau membutuhkan dengan pendapatan maksimal sampai dengan Rp3,1 juta guna mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Untuk subsidi selisih suku bunga, penerimanya adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), yaitu mereka yang berpenghasilan antara Rp3,1 juta hingga Rp8 juta. Pada jenis subsidi ini, program pembiayaan dapat berupa KPR, kredit pembangunan rumah, dan kredit renovasi rumah.

Sedangkan sasaran penerima subsidi premi asuransi adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBT), yaitu mereka yang berpenghasilan di atas Rp8 juta. MBT bisa mendapatkan subsidi melalui premi asuransi atas KPR yang mereka ajukan.

“Saat ini belum diputuskan rencana mana yang akan diambil oleh pemerintahan baru, namun BTN akan terus berdiskusi dengan Tim Alokasi Perumahan,” ujarnya.

Halaman berikutnya

Proyek properti akan memberikan multiplier effect pada 183 subsektor usaha lainnya, menurut perkiraan kelompok studi BTN. Mulai dari sektor hulu seperti produsen semen, batu bata, rangka baja, atau rantai pasok hilir seperti bengkel konstruksi, pemasok bangunan, dan UKM yang mendukung kebutuhan proyek.

Halaman berikutnya



Sumber