Soal kemiskinan, PDIP menyebut kerja bagus Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 – 08:28 WIB

Jakarta – Anggota Fraksi PDIP DPR RI, Saeed Abdullah mengucapkan semoga sukses kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik pada Minggu, 20 Oktober 2024.

Baca juga:

Usai pelantikan, malam ini Prabowo akan mengumumkan nama-nama menteri kabinetnya

Dalam keterangannya, Said mengatakan: “Saya mengucapkan selamat kepada Presiden Prabovo atas karyanya.

Said kemudian mencatat, ada sejumlah program strategis di pemerintahan Prabowo-Gibran. Pertama, pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan prioritas utama bagi pemerintah mana pun.

Baca juga:

Budi Jivandono mengungkap kesiapan Prabowo Subianto sebelum dilantik sebagai Presiden RI

Menurut Said, tidak ada kemajuan dalam pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial dalam sepuluh tahun terakhir. Padahal, pada tahun 2014, angka kemiskinan mencapai 10,96 persen.

Kemudian pada Maret 2024 jumlah penduduk miskin mencapai 9,03 persen.

Baca juga:

Mahfoud MD membatalkan keikutsertaan dalam upacara pelantikan Prabowo-Gibran hari ini

“Selama 10 tahun, angka kemiskinan hanya turun 1,93 persen, selain itu kita juga menghadapi penurunan jumlah kelas menengah yang mencapai 9 juta jiwa,” kata Said.

Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah

Pada tahun 2014, tingkat ketimpangan sosial (rasio Gini) mencapai 0,414, dan pada Maret 2024 menurun menjadi 0,379 atau 0,035.

Oleh karena itu, Said mengatakan, Prabowo harus secara bertahap fokus pada pengurangan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial dengan pengorganisasian kebijakan yang komprehensif. Hal ini mencakup pendidikan, kesehatan, bantuan sosial, sanitasi, perumahan dan pekerjaan.

Kedua, kata Said, harusnya Prabowo menaruh perhatian besar pada peningkatan personel, khususnya di bidang pendidikan.

Menurut Said, sejak anggaran wajib pendidikan tahun 2003 hingga saat ini atau 21 tahun lalu sebesar 20 persen belanja negara. Namun, mayoritas angkatan kerja kita berjumlah 149 juta orang, 54 persen di antaranya hanya lulusan sekolah menengah atas atau kurang.

Hal ini berdampak pada tidak optimalnya bonus demografi dalam mendorong lompatan perekonomian nasional dari negara berpendapatan menengah ke negara berpendapatan menengah atas. Terlebih lagi, ini adalah negara berpenghasilan tinggi.

Ketiga, selama 10 tahun terakhir, Indonesia belum mampu menghilangkan ketergantungan terhadap impor pangan dan energi. Padahal, keduanya merupakan hal utama yang menyangkut stabilitas dan kemandirian bangsa dan negara.

Dijelaskannya, pada periode 2014-2023, defisit perdagangan internasional sektor pertanian sangat besar. Ekspor sektor pertanian Indonesia mencapai 61,4 miliar dolar, impor mencapai 98,46 miliar dolar, dan defisit 37 miliar dolar.

Dengan nilai tukar Rp15.400, nilai impor produk pertanian Indonesia mencapai Rp569,8 triliun.

Selama periode 2014-2023, impor migas mencapai angka yang fantastis yaitu 278,5 miliar dollar Amerika dengan nilai tukar Rp 15.400/USD, sehingga nilai impor migas dalam 9 tahun terakhir mencapai Rp 4.288,9 triliun.

Said menuturkan, tidak mudah menghadapi permasalahan tersebut. Karena mencakup berbagai kepentingan ekonomi nasional dan internasional. Namun, hal tersebut justru menjadi tantangan Prabowo-Gibran ke depan.

Halaman berikutnya

Pada tahun 2014, tingkat ketimpangan sosial (rasio Gini) mencapai 0,414, dan pada Maret 2024 menurun menjadi 0,379 atau 0,035.

Halaman berikutnya



Sumber