Jumat, 1 November 2024 – 22:58 WIB
Banda Aceh, VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBA) Aceh mencatat 241 bencana alam terjadi di Aceh sepanjang Januari hingga Oktober, memakan korban jiwa sebanyak 11 orang, dan perkiraan kerugian mencapai Rp112 miliar.
Baca juga:
Jumlah korban kebakaran pabrik di Bekasi mencapai 9 orang
Kebakaran pada bangunan tempat tinggal masih lebih banyak yakni 77 kali, 283 rumah terbakar. Total kerugian akibat kebakaran tersebut sebesar Rp64 miliar. Selanjutnya banjir yang masih parah yakni 51 kali berdampak pada 952 rumah dengan perkiraan kerugian Rp7,3 miliar.
Sejak itu, angin topan telah terjadi sebanyak 33 kali, merusak 376 rumah warga dengan total kerugian Rp9,4 miliar. Pasca longsor, terjadi 11 kejadian yang merusak 7 unit rumah dan perkiraan kerugian Rp 730 juta.
Baca juga:
Sangat buruk! Video Kebakaran Pabrik di Bekasi, Asap Hitam Tebal Mengepul
Apalagi terjadi dua kali banjir besar dan satu kali gempa bumi. Secara khusus, banjir terjadi pada bulan September dan Oktober, yaitu 20 dari 57 bencana alam.
Baca juga:
Kebakaran kilang minyak di Bekasi, 3 orang tewas
Pada bulan Oktober, dari 30 bencana alam, 16 diantaranya didominasi oleh banjir. Banjir bulan Oktober yang menggenangi 8 kecamatan di 68 komunitas dari 325 desa berdampak pada 19.980 kepala keluarga (KK)/70.479 jiwa.
Seluruh bencana alam pada Januari-Oktober berdampak pada 14 lembaga pendidikan dan 11 lembaga keagamaan. Selain itu, 82 pertokoan, 8 jembatan, dan jalan sepanjang 103 meter rusak akibat banjir dan longsor.
Kepala BPBA Teuku Nara Setia mengatakan, intensitas kejadian bencana alam pada tahun 2024 akan mengalami penurunan jumlah kejadian yang signifikan dibandingkan tahun 2023.
“Pada periode yang sama (Januari-Oktober) tahun 2023, jumlah kejadian bencana alam mencapai 361 kejadian, sedangkan pada tahun 2024 hanya 241 kejadian,” ujarnya, Jumat, 1 November 2024.
Pihaknya bersama seluruh elemen pemerintah dan masyarakat Aceh berupaya meningkatkan mitigasi bencana, sehingga angka bencana alam semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana alam, Teuku Nara juga berharap adanya langkah pemberdayaan masyarakat yang fokus pada kegiatan kolaboratif dalam melakukan penelitian, perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan tindakan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
“Ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan komunitas atau masyarakat yang mampu mengelola lingkungan hidup dan mengurangi risiko bencana alam serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh di masa depan,” ujarnya.
Halaman selanjutnya
Kepala BPBA Teuku Nara Setia mengatakan, intensitas kejadian bencana alam pada tahun 2024 akan mengalami penurunan jumlah kejadian yang signifikan dibandingkan tahun 2023.