Jakarta – Kyoichiro Sugimoto, sekarang dikenal sebagai Sensei Sugimoto atau Master Sugimoto, lahir di Kota Seki, Distrik Gifu, Jepang. Dalam keluarga Budha, Sugimoto hidup menurut kepercayaan tradisional Jepang.
Baca juga:
Jordi Onsu mengatakan dia menolak makan daging babi
Namun perjalanannya mengalami titik balik ketika ia belajar tentang Islam. Pengalaman yang bermula dari persahabatannya dengan seorang mahasiswa muslim asal Bangladesh. Kisah inspiratif tersebut ia bagikan dalam video di channel YouTube Daniel Mananta, di mana Sugimoto mengungkap pengalaman yang mengubah hidupnya.
Pengantar Islam
Baca juga:
Apakah Jordi Onsu Resmi Masuk Islam?
Sugimoto mengenang pertemuan pertamanya dengan Islam pada usia 19 tahun, ketika ia bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim dari Bangladesh di universitas. Pertemuan ini merupakan pertama kalinya ia melihat umat Islam di Jepang dan persahabatan mereka semakin erat. “Tetapi ketika saya berumur 19 tahun di perguruan tinggi, saya bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim dari Bangladesh. Ini adalah pertama kalinya saya (melihat Muslim) di Jepang. Kami menjadi teman setelah itu,” kata Sugimoto.
Persahabatan ini membuat Sugimoto melakukan perjalanan ke Bangladesh atas undangan temannya. Di sana ia mengalami kejutan budaya yang luar biasa. Dia mengenang: “Kemudian dia mengundang saya untuk mengunjungi kota tempat dia tinggal di Bangladesh. Hanya 1 minggu. Saya datang berkunjung karena saya tertarik dengan budaya. Saat itu tahun 1996. Saya mengalami kejutan budaya yang sangat besar. Saat dia datang, banyak orang miskin di sana.
Baca juga:
Kisah seorang moderat masuk Islam melalui Alquran kuno, dimana keluarganya diusir hingga mati kelaparan.
Namun, Sugimoto juga merasakan kehangatan yang berbeda. “Tetapi ada juga kejutan budaya yang bagus. Mereka sangat ramah. Keramahan dan nilai kekeluargaan mereka sangat kuat. Ikatan kekeluargaan mereka sangat kuat. Ini hampir menghilang di Jepang. Apalagi populasi Jepang menurun karena generasi mudanya enggan menikah. Anda tidak ingin punya anak, bukan? lanjutnya.
Kekaguman terhadap ayat-ayat Alquran
Kembalinya dia ke Jepang memicu keinginan untuk belajar lebih banyak tentang Islam. Sugimoto juga menemukan terjemahan Alquran dalam bahasa Jepang dan mulai membacanya. “Dan karena mereka beragama Islam, saya jadi heran kenapa mereka tetap menjaga budaya ini. Karena mereka beragama Islam, mungkin karena nilai-nilai Islam. Setelah kembali ke Jepang, saya menemukan Al-Quran dalam bahasa Jepang. Saat itu tahun 1996, belum ada Internet. .Dari situlah saya ingin mencari informasi tentang Islam,” ujarnya.
“Makanya aku harus ke perpustakaan atau toko buku. Kemudian saya menemukan terjemahan Al-Qur’an yang baru, penerjemah lain menerjemahkannya. Jadi saya menemukannya dan mulai membaca. Sangat berbeda, sangat unik. Sebelumnya, saya tidak pernah tertarik pada buku agama apa pun. Tapi buku ini adalah sesuatu yang lain,” kata Sugimoto.
Sugimoto semakin jatuh cinta pada Islam ketika ia menemukan sebuah ayat dalam Alquran yang memberikan kepastian mutlak. “Di awal surat ini, di surat kedua dan pertama, disebutkan bahwa ‘buku ini tanpa keraguan, keraguan dan kesalahan, yang dapat diklaim oleh siapa pun di dunia,’” kata Sugimoto “Tidak ada yang berani mengatakan bahwa buku ini tidak diragukan lagi adalah sebuah kesalahan dan kekeliruan. Jadi ini adalah hal yang sangat berbeda. Awal. Itulah awal ketertarikan saya (pada Islam).”
Dua konsep Islami yang memperkuat pilihan Anda untuk bersikap moderat
Selain ayat Alquran yang menyentuh hati, Sugimoto menyebutkan dua konsep dalam Islam yang memperkuat niat keagamaannya: akhirat dan tauhid. Kedua konsep ini benar-benar baru baginya dan memberikan perspektif baru yang ia cari.
“Saya menemukan dua konsep baru bagi saya. Konsep akhirat, akhirat adalah kehidupan setelah kematian. Dan konsep tauhid. Tauhid adalah keesaan Tuhan atau keesaan Tuhan. Tauhid dalam bahasa Arab. “Jadi semua ini merupakan konsep yang benar-benar baru,” kata Sugimoto.
Ia juga membeberkan perbedaan konsep akhirat dalam Islam dengan kepercayaan orang Jepang terhadap reinkarnasi. “Jadi yang pertama adalah akhirat. Akhirat adalah kehidupan setelah kematian. Itu sebabnya kebanyakan orang Jepang, termasuk saya, tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian. Artinya hidup ini sudah berakhir. “Jadi tidak ada yang menunggu di sana,” jelas Sugimoto.
Sugimoto menambahkan, “Tetapi Al-Qur’an berulang kali mengatakan bahwa ini bukanlah akhir dari kehidupan. Ada kehidupan setelah kematian. Lalu apa itu? Bahkan umat Kristen pun percaya bahwa ada surga dan neraka. Dalam bahasa Arab disebut Jannat dan Jahanna.”
Sebuah perjalanan yang menginspirasi
Sejak masuk Islam, Sugimoto dikenal sebagai Sensei Sugimoto atau Guru Sugimoto. Saat ini ia menikah dengan Purwati, warga negara Indonesia, dan aktif di komunitas Muslim Jepang melalui gerakan Tonar Mo Muslim atau My Muslim Neighbors yang bertujuan untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat Jepang dengan cara yang damai.
Kisah inspiratif Sugimoto merupakan contoh perjalanan spiritual yang luar biasa dimana keberanian mencari kebenaran dapat membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Di akhir wawancaranya, Sugimoto berpesan kepada siapapun yang mencari kebenaran untuk berhenti bertanya dan tidak mendengarkan panggilan jiwa. Bagi Sugimoto, Islam bukan sekadar agama, melainkan cara hidup yang bermakna.
Halaman berikutnya
Kekaguman terhadap ayat-ayat Alquran