Jumat, 1 November 2024 – 17:53 WIB
Lombok, LANGSUNG – Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi telah resmi menyerahkan surat pengunduran diri dari Partai Perindo. Seperti diketahui, posisi TGB adalah ketua umum partai sehari-hari. DPP Partai Perindo pun resmi menerima pengunduran diri mantan Gubernur NTB tersebut sebanyak dua kali.
Baca juga:
Plt Sekjen Perindo Benarkan TGB Mundur dari Partai, Apa Alasannya?
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Mataram (UIN), Ihsan Hamid menilai mundurnya TGB ada alasannya atau berkaitan dengan terpilihnya Gubernur NTB pada 2024 mendatang.
“Dalam konteks Pilgub NTB, tentu ada alasannya. Kalau seorang politikus kedip, masuk akal, biarlah peristiwa besar dan dia bukan anggota biasa. Jadi yang jadi pertanyaan pokoknya, kapan TGB diam, kita apa yang bisa kita baca,” ujarnya pada Jumat, 1 November 2024.
Baca juga:
TGB Zainul Majdi mengundurkan diri dari Perindo
Ikhson menilai TGB saat ini adalah politisi sekaligus individu pendukung Zulkieflimansia di Pilgub NTB, meski interpretasi terbaiknya adalah Sitti Rohmi Jalilah atau Rohmi yang merupakan kakak dari TGB. Padahal kenyataannya TGB mendukung Zulkieflimansyah.
“Karena dari awal TGB tidak ingin paket Zul-Rohmi dimusnahkan. “Mundurnya beliau dari Perindo bisa dikatakan sebagai sikap kedewasaan berpolitik dan bentuk rekonsiliasi TGB dengan pendirian semula,” ujarnya.
Baca juga:
Pilgub NTB, Relawan Iqbal-Dinda Transfer Dukungan ke Zul-Uhel
Pendukung utama pasangan Sitti adalah Rohmi Jalilla-Musyafirin Perindo. Hal ini juga didukung oleh PKB sehingga mampu memimpin Pilkada NTB tahun ini.
Ihsan menilai, pemahaman TGB bahwa hasil paket Zul-Rohmi yang menjabat gubernur dan wakil gubernur periode pertama memerlukan peralihan kepemimpinan selama 10 tahun atau dua periode.
Terlebih lagi, pada masa transisi kepemimpinan pada tahun 2018, kepemimpinan Zul-Rohmi sedang dilanda gempa dan Covid-19 sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk melihat hasil yang lebih baik. Namun keduanya tak bisa bersatu kembali sehingga Zul dan Rohmi sama-sama maju sebagai calon cagub.
“Beliau (TGB) paham, idealnya pergantian kepengurusan butuh waktu 10 tahun baru terlihat hasilnya. Apalagi di era Zul-Rohmi, banyak hasil yang terlihat dari kepemimpinannya.
Ia melihat pendekatan TGB sudah dibaca sejak awal. Berawal dari sikap tidak mendukung Rohmi-Firin saat diwawancarai awak media Islamic Center NTB, bersepeda menonton Moto GP bersama Zulkieflimansyah di Cekungan Mandalika menjadi sinyal kuat dukungan terhadap TGB.
Ikhson menilai keluarnya TGB dari Perindo sebagai tanda TGB tak mau disebut netral dalam Pilgub NTB 2024.
“Saya kira TGB tidak mau disebut netral dalam Pilgub NTB. Keluarnya TGB masih terikat dengan dukungannya terhadap Zulkieflimansia, katanya.
Jika TGB masih di Perindo, maka TGB tidak leluasa mendukung Zulkieflimansia karena keterkaitannya dengan partai politik yang berbeda dukungan.
“Kalau dia (TGB) tetap di Perindo dan tidak mendukung Rohmi, monoton. Sudah tegas sikapnya bahwa TGB tidak bisa dikaitkan dengan Rohmi,” ujarnya.
Dalam konteks pilkada tersebut, Ihsan menilai TGB akan lebih mudah mendukung Zulkieflimansia karena sudah bebas dari ikatan dengan partai.
Dengan keluarnya TGB dari Perindo, besar kemungkinan TGB akan mengkampanyekan Paket 02, Zul-Ukhel di kemudian hari.
“Beliau sangat terbuka terhadap kampanye pemilu Zul. Arahnya mungkin ada, meski hanya Tuhan dan TGB yang tahu. “Tetapi alasan politis bisa dibaca,” katanya.
Dengan dukungan TGB, Ihsan memperkirakan Zulkieflimansia memperoleh keuntungan elektoral yang sangat besar.
“Bisa jadi Zul mendapat keuntungan elektoral karena kita tidak bisa membaca TGB sebagai orang biasa. Dia masih mempunyai pengaruh karena dia masih ada raja yang di NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah),” ujarnya.
Nampaknya perolehan suara NWDI bisa terpecah, setengahnya untuk Rohmi dan setengahnya lagi untuk TGB, atau bahkan lebih besar lagi untuk TGB, mengingat TGB masih mempunyai pengaruh yang cukup besar di organisasi Islam terbesar di NTB tersebut.
Artinya, setidaknya suara NWDI berpotensi terpecah, separuhnya bisa masuk ke TGB atau Rohmi, atau mayoritas ke TGB, ”ujarnya.
Halaman berikutnya
“Beliau (TGB) paham, idealnya pergantian kepengurusan butuh waktu 10 tahun baru terlihat hasilnya. Apalagi di era Zul-Rohmi, banyak hasil yang terlihat dari kepemimpinannya.