Kebangkitan semangat pertanian di kalangan Santri

Selasa, 5 November 2024 – 09:46 WIB

Jawa Timur, VIVA – Dalam konteks modernisasi dan gempuran perkembangan teknologi, dunia pertanian seringkali dianggap kurang menarik bagi generasi muda. Banyak anak muda yang cenderung memilih karir di bidang teknologi, keuangan, atau sektor kreatif yang dianggap lebih bergengsi dan bayarannya lebih mahal.

Baca juga:

Penanggulangan pernikahan dini melalui kegiatan pendidikan di Kalimantan Barat

Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai lahan yang subur dan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Namun kesan yang muncul adalah di kalangan generasi muda terdapat tren penurunan minat terhadap pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (CSO), petani di Indonesia mayoritas berusia lanjut, rata-rata usia petani di atas 50 tahun.

Hal ini menunjukkan adanya tantangan rehabilitasi petani yang perlu segera diatasi agar sektor pertanian Indonesia tetap stabil. Jika generasi muda tidak lagi tertarik bertani, maka masa depan ketahanan pangan Indonesia terancam. Penting untuk menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap pertanian dengan menunjukkan bahwa industri ini dapat dikelola dengan cara yang modern, berkelanjutan, dan menguntungkan.

Baca juga:

Mempromosikan toleransi melalui pendidikan multikultural di Pangandaran

Salah satu alasan generasi muda terjun ke dunia pertanian adalah karena bertani seringkali dianggap sebagai pekerjaan yang membosankan dan hasilnya tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Citra tersebut membuat banyak anak muda enggan berkarir di bidang tersebut.

Kurangnya akses terhadap pelatihan dan pendidikan pertanian modern juga menjadi kendala. Banyak generasi muda yang belum memiliki pengetahuan mendalam mengenai teknik pertanian modern. Permodalan dan teknologi juga menjadi tantangan besar bagi mereka yang ingin memulai usaha di bidang pertanian. Peralatan dan teknologi pertanian modern seringkali memerlukan investasi besar yang tidak mungkin dilakukan oleh petani pemula.

Baca juga:

Belajar dari Batasan: Kisah Inspiratif Para Pelayan di Papua

Karena generasi muda kurang tertarik untuk terjun ke dunia pertanian dan peternakan, sebagian besar dari mereka menilai sektor ini kurang menjanjikan sebagai mata pencaharian. Namun, Rizki Hamdoni berbeda pendapat. Ia bertekad mengubah pola pikir tersebut dan meyakinkan generasi muda bahwa bertani dan beternak bisa menjadi karier yang menguntungkan.

Keyakinan tersebut mendorong Rizki untuk membuat program yang memperkenalkan kembali kekuatan pertanian kepada generasi muda, khususnya melalui pesantren. Rizki memulai program tersebut di Pondok Fathul Uloom, sebuah pesantren yang seperti kebanyakan pesantren modern lainnya, tidak memiliki pendidikan formal. Menyadari besarnya peluang di bidang pertanian dan peternakan, ia mengembangkan konsep yang melibatkan langsung mahasiswa. Dengan dukungan pondok Rizki berkembang Kelompok Mahasiswa Petani Mileniumsebuah inisiatif yang bertujuan untuk melatih siswa di bidang pertanian dan peternakan dengan cara yang inovatif.

Program ini tidak hanya mengajarkan cara-cara dasar bertani, namun juga mengenalkannya sistem pertanian terpadu (IF) atau sistem ekonomi yang kompleks. Sistem ini mengintegrasikan berbagai industri, seperti pertanian, peternakan, dan perikanan, ke dalam ekosistem yang saling bergantung. Dalam program ini santri diajarkan pengelolaan lahan dengan metode yang modern dan berkelanjutan, dengan harapan keterampilan tersebut menjadi modal penting bagi mereka setelah lulus dari pesantren.

Selain pelatihan di bidang pertanian dan peternakan, Rizki juga mendirikan Kelompok Mahasiswa Tani Milenium sebagai wadah wirausaha sosial dengan melibatkan beberapa pesantren di Jombang. Kelompok ini berupaya memajukan perekonomian di lingkungan pesantren dengan memberdayakan santri di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Dengan adanya program ini, hingga Agustus tahun lalu, sebanyak 30 kelompok santri pertanian yang tersebar di berbagai pesantren di Jombang menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

Salah satu contoh keberhasilan yang menonjol adalah kelompok jagung yang dipimpin oleh Santri. Berkat peralatan pengolahan pasca panen, mereka mampu meningkatkan pendapatan hingga Rp 60 juta per bulan. Pendapatan tersebut berasal dari penjualan produk olahan sorgum yang kini banyak dijual di rest area sepanjang Tol Trans Jawa. Pemasaran yang strategis ini memberikan nilai tambah pada produk pertanian dan juga memberikan akses bagi masyarakat untuk mempelajari produk lokal dari pelajar.

Upaya Rizki yang tak henti-hentinya mengembangkan dan memajukan pertanian di kalangan mahasiswa sangat diapresiasi oleh berbagai pihak. Kementerian Pertanian dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta Hutan Lindung Brantas juga mendukung program ini. Dukungan tersebut menunjukkan pengakuan atas upaya Rizki dalam mendorong generasi muda untuk kembali terjun ke bidang pertanian dan peternakan yang dinilai kurang diminati. Program ini tidak hanya meningkatkan minat pelajar terhadap bidang pertanian, namun juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Rizki Hamdani melalui kelompok mahasiswa pertanian milenial membuktikan bahwa pertanian dan peternakan bukanlah profesi tua dan menjanjikan, melainkan sektor yang memiliki potensi besar bagi generasi muda. Dengan inovasi dan pengelolaan yang tepat, pertanian dan peternakan dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi dan juga meningkatkan kapasitas ruang interniran Islam untuk kemandirian finansial. Rizki Hamdani meraih penghargaan bergengsi atas usahanya Penghargaan Indonesia pada tahun 2020 mendatang.

Halaman selanjutnya

Keyakinan tersebut mendorong Rizki untuk membuat program yang memperkenalkan kembali kekuatan pertanian kepada generasi muda, khususnya melalui pesantren. Rizki memulai program tersebut di Pondok Fathul Uloom, sebuah pesantren yang seperti kebanyakan pesantren modern lainnya, tidak memiliki pendidikan formal. Menyadari besarnya peluang di bidang pertanian dan peternakan, ia mengembangkan konsep yang melibatkan langsung mahasiswa. Dengan dukungan pesantren, Rizki mengembangkan Kelompok Mahasiswa Pertanian Milenial yang bertujuan untuk melatih santri di bidang pertanian dan peternakan dengan pendekatan inovatif.

Halaman selanjutnya



Sumber