Kamis, 7 November 2024 – 02:58 WIB
Jakarta – Calon Wali Kota Bekasi Heri Kosvara, sapaan akrab Herkos, dikecam terkait slogan “Beresin Bekasi”. Adanya slogan tersebut dinilai hanya untuk meraih simpati masyarakat pemilih.
Baca juga:
Mantan Wali Kota Bekasi ini mengungkapkan, para narapidana suka berolahraga di Rutan KPK
Aktivis asal Bekasi sekaligus Ketua Forum Komunikasi Pemuda Indonesia (Forkim) Mulyadi menyinggung pengalaman Herkos selama lima periode menjabat anggota dewan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurut dia, selama tiga periode menjabat sebagai wakil rakyat di Bekasi, Herkos tak mampu melakukan mobilisasi untuk mendorong perubahan apa pun.
Baca juga:
Survei LKPI: Tri Adhianto menang jajak pendapat popularitas dan akseptabilitas di Pilkada Kota Bekasi
Tak terkecuali Herkos yang mewakili masyarakat Kota Bekasi dan Kota Depok di Jawa Barat (Jabar) pada 2019-2024. Menurutnya, tidak ada kontribusi yang diberikan selama periode tersebut.
“Dua periode PKS menguasai parlemen harusnya menyeimbangkan kekuasaan eksekutif jika ada kejanggalan,” kata Mul, sapaan akrabnya, pada Rabu, 6 November 2024.
Baca juga:
Jokowi yang didukung Wali Kota Bekasi menolak ikut campur urusan Kesang
Mulyadi juga mengkritik Herkos saat debat antar calon Pilkada Kota Bekasi. Kritik terhadap pelanggaran kebijakan wali kota sebelumnya dan upaya mengubahnya hanya sekedar rekayasa.
Mengejutkan bahwa program kerakyatan mantan Walikota Rehmat Efendi tentang jaminan kesehatan daerah (KS-NIK) ditolak oleh anggota legislatif dari PKS, kata Mul.
Baginya, kondisi itu berarti pasangan calon nomor urut 1 hanyalah tipuan.
Lebih lanjut, ia menyoroti corak politik PKS di Kota/Kabupaten Bekasi dan Kota Depok. Ia menilai gaya PKS seperti mengedepankan persoalan karena tidak memiliki potensi kader yang bisa menjualnya dalam konteks pilkada.
Ia mengatakan, ketidakmampuan personel PKS memimpin di tiga wilayah menjadi alasan lain untuk memprioritaskan persoalan bom.
“Kemampuan kader PKS dalam memimpin di tiga daerah tersebut tidak terlihat selain menimbulkan permasalahan di akhir masa amanah,” ujarnya.
Dia mencontohkan, pembangunan Islamic Center sempat terhenti pada 2009 saat dipimpin kader PKS Saaduddin. Padahal, anggaran legendaris Rp 50 miliar dan 2012 Rp 35 miliar saat itu justru terhenti.
.
“Sampai saat ini, proyek tersebut terabaikan dan sangat cocok dijadikan ajang uji keberanian sebuah film horor,” kata Mull.
Halaman selanjutnya
Mengejutkan bahwa program kerakyatan mantan Walikota Rehmat Efendi tentang jaminan kesehatan daerah (KS-NIK) ditolak oleh anggota legislatif dari PKS, kata Mul.