Kamis, 7 November 2024 – 14:46 WIB
Padang Panjang, VIVA – Gunung Marapi, Sumatera Barat kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Situasi tersebut kini ditingkatkan ke Level III (Pending) hingga Rabu, 6 November 2024.
Baca juga:
BNPB mengungkap penyebab banyaknya korban jiwa dalam letusan Gunung Levotobi
Menyusul kenaikan status tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan radius bahaya 4,5 kilometer dari puncak. Masyarakat sekitar gunung dan pengunjung dilarang melakukan aktivitas dalam radius tersebut.
Hasil analisis PVMBG menunjukkan peningkatan aktivitas tersebut ditandai dengan tren peningkatan khususnya gempa vulkanik dalam (VA) yang terkait dengan peningkatan pasokan fluida dari kedalaman mulai 7 Oktober 2024.
Baca juga:
Aktivitas vulkanologi meningkat, Gunung Marapi ditingkatkan statusnya menjadi waspada
Pantauan di Kota Padang Panjang, Kamis 7 November 2024, sejak pagi hingga sore, erupsi Gunung Marapi masih berlangsung. Observatorium Gunung Marapi mencatat, ledakan yang terjadi pada pukul 11.19 WIB misalnya menimbulkan kepulan abu sekitar 700 meter dari puncak.
Baca juga:
Pria di Gunung Levotobi melontarkan awan panas sejauh 3 kilometer
Padahal, kolom abu vulkanik berwarna abu-abu tua dan intensitas tebal ke arah timur. Ledakan ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 1,5 milimeter dan durasi sekitar 1 menit 17 detik.
Sebelumnya, Mohammad Vafid, Kepala Badan Kebumian mengumumkan status Gunung Marapi kini dinaikkan ke level III. Perubahan situasi ini disebabkan oleh peningkatan kegempaan, yang juga berhubungan dengan deformasi inflasi puncak Marapi.
Selain itu, data perubahan kecepatan dan koherensi seismik, kata Vafid, juga menunjukkan memburuknya lingkungan bawah tanah (dekat permukaan) tubuh Gunung Marapi akibat meningkatnya tekanan (stress) pada tubuh Gunung Marapi. gunung berapi.
Rentetan letusan yang terus menerus akibat perubahan dinamika pasokan cairan dari dasar tubuh Gunung Marapi, yang terutama terlihat dari perubahan ketinggian kolom abu letusan dan kegempaan, terus berlanjut hingga saat ini.
“Aktivitas Marapi akhir-akhir ini semakin meningkat,” kata Mohammad Vafid.
Menurut Vafid, berdasarkan asesmen data pemantauan, aktivitas Gunung Marapi secara umum mengalami peningkatan. Dengan demikian, aktivitas atau letusan dapat terjadi kapan saja sebagai bentuk pelepasan energi yang tersimpan, dan dapat terjadi lebih sering seiring dengan bertambahnya jangkauan bahan peledak jika pengangkutan cairan (magma dan gas) dari kedalaman terus meningkat.
Halaman selanjutnya
Selain itu, data perubahan kecepatan dan koherensi seismik, kata Vafid, juga menunjukkan memburuknya lingkungan bawah tanah (dekat permukaan) tubuh Gunung Marapi akibat meningkatnya tekanan (stress) pada tubuh Gunung Marapi. gunung berapi.