Meski batik diakui UNESCO, sayangnya pengrajinnya terus menurun.

Minggu, 17 November 2024 – 04:32 WIB

Cirebon, VIVA – Batik yang menjadi bukti nyata keberagaman budaya Indonesia telah diakui UNESCO sejak tahun 2009.

Baca juga:

BI: Penjualan ritel akan didukung produk budaya dan hiburan pada Oktober 2024

Meski popularitasnya semakin mendunia, nyatanya para pengusaha dan perajin batik kerap menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankannya. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Alexandra Arri Cahyani, SH, MPP. Direktur Industri Aneka Kimia, Sandang, dan Kerajinan Kementerian Perindustrian RI mengatakan, keberlanjutan batik tidak lepas dari berkembangnya industri batik yang menjadi penopang perekonomian negara.

Baca juga:

Peran Cindy di Puang Boss membawa Zoe ke dunia yang tidak pernah dia bayangkan…

“Industri batik merupakan salah satu sektor prioritas untuk dikembangkan karena kontribusinya yang signifikan terhadap semakin kuatnya pertumbuhan industri yang semakin maju dan kuat dengan menyerap tenaga kerja yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM),” kata Alexandra. . Pernyataannya dikeluarkan pada Sabtu, 16 November 2024.

Baca juga:

Bagaimana Kementerian Kebudayaan mengenalkan penggerak budaya kepada generasi muda

Dr. Ketua Umum Persatuan Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia, MDKomarudin Kudiya S.IP., menjelaskan Cirebon Mega Mendung merupakan salah satu kota budaya pelestarian batik yang terkenal dengan keindahan corak batiknya.

“Di Cirebon, jumlah pengusaha dan perajin Batik Cirebon mengalami penurunan sebesar 30-35 persen. “Hal ini tentu sebanding dengan penurunan perdagangan yang signifikan antara tahun 2019 hingga 2024 sekitar 40 persen dibandingkan keadaan sebelumnya,” ujarnya.

Menyadari hal tersebut, selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia, Hrisma Fitriasari memperkenalkan Oreo Sharing, sebuah wujud komitmen berkelanjutan untuk berkontribusi kepada masyarakat.

Kegiatan ini memberikan dampak nyata bagi lebih dari 1.400 perajin dan pengusaha batik di wilayah Cirebon, yang salah satu motifnya digunakan pada Batik Oreo.

“Kami juga menyerukan partisipasi aktif untuk mendukung para perajin dan pengusaha batik yang merupakan salah satu pemimpin upaya konservasi batik agar batik Indonesia tetap lestari dan industrinya terus berkembang,” ujarnya.

“Penukaran Oreo ini juga merupakan bagian dari upaya kami merayakan keindahan dan keberagaman budaya Indonesia yang sebelumnya kami hadirkan melalui Oreo dengan corak tradisional,” tambah Khrisma.

Oreo Sharing kali ini juga akan berkolaborasi dengan Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia (APPBI). Tercatat, kegiatan ini berhasil menjangkau seluruh masyarakat pelaku usaha Batik Cirebon skala kecil dan menengah dibawah naungan APPBI, dengan jumlah lebih dari 1400 pengusaha dan perajin batik yang tersebar di 8 desa.

Bentuk donasi yang diberikan antara lain berupa peralatan membatik untuk perajin dan paket peralatan membatik senilai lebih dari Rp 1 miliar untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.

Halaman selanjutnya

Menyadari hal tersebut, selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia, Hrisma Fitriasari memperkenalkan Oreo Sharing, sebuah bentuk komitmen berkelanjutan untuk berkontribusi kepada masyarakat.

Halaman selanjutnya



Sumber