Minggu, 17 November 2024 – 22:11 WIB
Jakarta – Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia mempunyai peran strategis dalam mendukung ketersediaan pangan dan energi. Oleh karena itu, mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan pangan nasional bukanlah hal yang mustahil.
Baca juga:
Daftar Harga Pangan 15 November 2024: Bawang Naik
“Dalam konteks Indonesia, kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang mendukung bangsa kita mencapai kemandirian pangan dan energi,” kata Ketua Rumah Kelapa Sawit Indonesia (RSI) Kacuk Sumarto, dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu. , 17 November 2024.
Kachuk menjelaskan, populasi dunia diperkirakan akan tumbuh dari 8,2 miliar orang pada tahun 2024 menjadi sekitar 8,5 miliar orang pada tahun 2030. Sementara itu, PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan akan ada 10 miliar orang pada tahun 2080.
Baca juga:
Daftar Harga Sembako 14 November 2024: Kenaikan Beras hingga Bawang
Tentu saja, lanjutnya, hal ini juga akan meningkatkan kebutuhan pangan dan energi. Pada saat yang sama, sebagai akibat dari penurunan daya dukung bumi; penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, penggunaan pupuk kimia yang tidak bijaksana, dan perubahan iklim.
Baca juga:
Daftar Harga Sembako 13 November 2024: Daging Bawang Naik
“Hal ini berdampak pada penurunan ketahanan pangan dan kenaikan harga pangan,” ujarnya.
Pertambahan jumlah penduduk tersebut juga berdampak pada peningkatan aktivitas manusia dan pada akhirnya kebutuhan energi. Pada saat yang sama, ketersediaan energi dari perut bumi semakin berkurang dan terbatas.
“Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi baru dan terbarukan. “Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil berkontribusi terhadap emisi karbon yang sangat tinggi sehingga penggunaannya harus dibatasi,” kata Kaczuk.
Kachuk mengatakan negara perlu menetapkan kebijakan kemandirian pangan dan energi yang tidak akan terganggu oleh situasi apa pun di dunia internasional.
“Melihat kondisi lahan yang tersedia, perkebunan kelapa sawit memiliki potensi terbesar dalam mendukung kedaulatan/kemandirian pangan dan energi. Ini melihat dua hal utama, pertama; Produk kelapa sawit dapat menghasilkan pangan dan energi. Kedua; “Perkebunan kelapa sawit seluas 16,8 juta hektar dan tersebar di seluruh tanah air berpotensi untuk ditanami pangan dan energi,” ujarnya.
Dalam kajian RSI, Kacuk mengatakan, jika peremajaan kelapa sawit dilakukan secara konsisten, setidaknya akan ada satu juta hektar lahan yang bisa ditanami tanaman tangkapan (tumpang sari) barang pangan dan energi. Selain itu, jika bisa dikonsumsi secara lokal, akan menghemat banyak biaya logistik.
Peran Indonesia dalam mencapai kemandirian pangan dan energi menjadi topik pembahasan dalam seminar yang diadakan RSI pada Senin, 18 November 2024 di Jakarta. Seminar tematik “Mewujudkan kedaulatan pangan, energi, dan ekonomi melalui perkebunan kelapa sawit menuju Indonesia Emas 2045” menghadirkan pembicara dari perwakilan pemerintah dan perwakilan dunia usaha.
Di luar lokakarya, RSI sebagai sebuah organisasi banyak pemangku kepentingan Industri hulu dan hilir sawit nasional akan menjadi tuan rumah Kongres I RSI pada Selasa, 19 November 2024.
Halaman berikutnya
Kachuk mengatakan negara perlu menetapkan kebijakan kemandirian pangan dan energi yang tidak akan terganggu oleh situasi apa pun di dunia internasional.