Lebih Dari Sekadar Uang Saku: Kisah Mengharukan di Balik Uang Rp 2000 Betrand Peto

Selasa, 19 November 2024 – 02:30 WIB

Jakarta – Betrand Putra Onsu alias Onyo menjadi salah satu penyanyi remaja yang menyita perhatian publik. Popularitasnya sebagai penyanyi turut menyumbang pendapatannya yang fantastis. Namun, sebelum ia menjadi penyanyi sukses seperti sekarang ini, ia memiliki masa kecil yang tidak bahagia seperti anak lainnya.

Baca juga:

Betrand Peto pernah menangis diam-diam karena dihina soal kedekatannya dengan Sarvenda

Bahkan untuk mendapat penghasilan hanya Rp 2 ribu, ia harus berjualan bakpao dan ikan.

“Jadi kalau dapat Rp 2.000, susah minta maaf. “Kalau mau dapat penghasilan Rp 2.000, saya harus berjualan kue bakpau dan ikan,” ujarnya seperti dikutip dalam tayangan YouTube.

Baca juga:

Paling Terkenal: Pernyataan Cinta Betrand Peto ke Sarvenda, Kronologi Reza Artamevia

Anak angkat Ruben dan Sarwenda ini mengaku berjualan bakpaw lagi pada sore hari pukul 12 hingga pukul 3. Setelah itu ia melanjutkan berdagang ikan.

“Setelah selesai berjualan siomay, kami pergi ke tempat yang menjual ikan. “Paman, aku akan menjual ikan.” Kalau kamu menjualnya, kamu akan mendapat bayaran. Jika Anda membawa 150 ikan, dapatkan 140. Gratis 1 jika Anda membeli 10. “Akhirnya kalau jual 150.000 dapat Rp 20.000,” ujarnya.

Baca juga:

Usai putus dengan Ruben Onsu, Betrand kembali putus dengan Peto Sarvenda.

Onyo diketahui mengaku jika tak mendapat uang Rp 2.000, ia harus berjalan kaki sekitar 4 km ke sekolah. Dia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak ngemil di sekolah.

“Misalnya kalau tidak berjualan bakpau, tidak dapat 2.000 rupee, kalau tidak dapat 2.000 rupee, tidak mau jalan kaki dari rumah ke sekolah yang jaraknya sekitar 4 km. Setelah itu saya hemat Rp 2 ribu, angkutan umum seribu, jajan seribu. “Inilah penyelamat saya di desa,” ujarnya.

Pria kelahiran 2005 ini menemukan bahwa 2.000 dolar ini juga memiliki kenangan tersendiri. Salah satunya ketika ia harus menahan diri untuk tidak membeli gundu untuk dimainkan bersama teman-temannya.

“Beli pot harganya Rp 2.000, pot bunga harganya Rp 10.000 untuk 8 biji, lalu saya hanya punya Rp 2.000, saya beli gundu untuk dimainkan bersama teman-teman. Harga 15 buah gundu adalah Rp 2 ribu. Sejak SD, ia diberi tugas untuk tidak membeli pot atau membuatnya lulus ujian. Saya tidak mau berjualan bakpau sampai akhirnya saya membeli pot bunga setelah menabung Rp 10k dalam waktu sekitar 5 hari. “Setelah itu, teman-teman memberi saya gundu gratis,” kenangnya.

Halaman berikutnya

“Misalnya kalau tidak berjualan bakpau, tidak dapat 2.000 rupee, kalau tidak dapat 2.000 rupee, tidak mau jalan kaki dari rumah ke sekolah yang jaraknya sekitar 4 km. Setelah itu saya hemat Rp 2 ribu, angkutan umum seribu, jajan seribu. “Inilah penyelamat saya di desa,” ujarnya.



Sumber