Timnas selamanya, STY ada waktunya

(Opini ini ditulis oleh jurnalis penggemar sepak bola Yusuf Ibrahim)

Baca juga:

Optimis! Mees Hilgers memprediksi skor akhir untuk Indonesia dan Arab Saudi

VIVA – Saat ini sebagian besar suporter timnas sedang kebingungan. Menemukan timnas kesayangannya berada di peringkat terakhir babak ke-3 pra-kualifikasi Piala Dunia, karena mereka gagal memenangkan satu pun dari 5 pertandingan yang mereka mainkan.

Arab Saudi mendapat 3 poin setelah bermain imbang dengan Australia dan Bahrain. Dua lainnya kalah dari China dan Jepang.

Baca juga:

Catatan Head-to-head: Indonesia Belum Pernah Kalahkan Arab Saudi, Apakah Sudah Saatnya Pecahkan Telur?

Kebingungan adalah rasa kesusahan, kekhawatiran, kebingungan, kebingungan, kekhawatiran, penyesalan, kekacauan, dan kegelisahan.

Timnas Indonesia dan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Baca juga:

Prediksi Kualifikasi Piala Dunia 2026 Indonesia vs Arab Saudi, Netizen: Timnas Menang

Kata galau sering digunakan untuk menggambarkan perasaan tidak nyaman atau kebingungan dalam mengambil keputusan bagi kaum milenial, Y dan Z.

Yang membingungkan banyak suporter timnas adalah keputusan untuk tetap mencintai pelatih Shin Thae Yong (STY), atau cukup untuk saat ini. Hal ini kira-kira terjadi.

Hal ini terlihat dari komentar-komentar yang sedang tren di linimasa media sosial. Kecintaan masyarakat terhadap STY mulai berubah. Khususnya pendapat para pakar sepak bola yang akhir-akhir ini banyak muncul di jejaring sosial.

“Kalau memutuskan untuk mencintai timnas, itu harga mati. Selamanya! Dengan kata lain, timnas selamanya, tapi cinta pada pelatih ada waktunya. Keputusan bisa berubah,” kata rekan penulis. Pendukung setia timnas, setelah menyaksikan kekalahan 4-0 mereka dari Jepang.

Dapat dimengerti. Seburuk apapun timnas, seorang warga negara tidak punya pilihan selain tetap mencintai tim negaranya.

Kalaupun punya idola dari timnas negara lain, itu sudah menjadi gaya hidup. Menyenangkan tanpa keintiman.

Sepertinya STY yang saya cintai selama ini tidak berfungsi dengan baik. Egonya mulai dipertanyakan. Setidaknya itulah yang diungkapkan media besar seperti Kompas dalam artikelnya yang bertajuk “Saatnya Shin Tae Yong mengesampingkan egonya saat menghadapi Arab Saudi.”

Kurangnya pengetahuan STY tentang bahasa Indonesia rupanya mempengaruhi komunikasi dalam tim. Sehingga, arahan tersebut dinilai tidak efektif. Apalagi saat pertandingan sedang berlangsung. Menurut Kompas, itu adalah ego STY.

Ego lainnya, STY sepertinya alergi dengan evaluasi. Setiap usai pertandingan, dia sepertinya tidak membuka pintu untuk memberikan penilaian yang layak kepada mereka yang berminat. Hal ini dirasakan oleh tim media yang setia meliputnya, “tambahnya. membuat sumur. -Bung Towel, pengamat sepak bola ternama, menanyakan pendapatnya sebagai penulis.

Terbaru, STY Indonesia memilih pulang dulu ke negara asalnya ketimbang dievaluasi PSSI usai kalah dari China. Membuat PSSI menunggu.

Ego STY pun sepertinya tak suka membicarakan hal itu dengan timnya. Peristiwa ini diberitakan orang dalam PSSI yang juga dikutip Kompas dalam artikelnya.

Arhan Pratama, timnas Indonesia dan Jepang pada kualifikasi Piala Dunia 2026

Arhan Pratama, timnas Indonesia dan Jepang pada kualifikasi Piala Dunia 2026

Diyakini, ketika Bahrain gagal menang, beberapa pemain mendorongnya untuk berdiskusi mengapa ia kebobolan di menit-menit akhir. Insiden itu terjadi di ruang ganti.

STY dikabarkan tidak senang dengan situasi tersebut. Pada akhirnya, ia “menangguhkan” nama beberapa pemain yang punya ide untuk bertanding melawan China di laga berikutnya. Ini juga menjadi kekuatan egonya sebagai seorang pelatih.

STY juga merasa tidak adil jika masyarakat menggunakan pemain naturalisasi yang direkomendasikannya. Ia berhak merotasi pemain yang ada.

Namun ketika seleksi DSP (Daftar Pemain) dan pergantian pemain dianggap “aneh dan ganjil” oleh publik, justru upaya PSSI yang mempercepat proses administrasi pemain diaspora justru merugikan usahanya. mereka bisa bermain maksimal. Hal ini penulis simpulkan dari beberapa pendapat perwakilan sepak bola nasional di grup WhatsApp Rembuk Sepak Bola Nasional bersama para tokoh sepak bola Indonesia.

Salah satu contohnya adalah kasus Eliano Reijnders, yang absen melawan Tiongkok dan tidak masuk lineup melawan Jepang, di antara beberapa insiden STY yang “salah” lainnya.

Kejadian ini membuat publik bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Dan yang terakhir, inilah tanggapan dari STY.

“Eliano belum fit masuk tim, jadi saya pilih (Eliano tidak main). Responnya kurang memuaskan dan masih membuat marah publik.”

Dalam jumpa pers yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin (18/11/2024) sore, ia tampak sadar akan kritikan masyarakat terhadap dirinya. Pelatih Shin mengatakan, “Tentu ada tekanan. Media dan masyarakat memberikan perhatian yang luar biasa terhadap sepak bola Indonesia. Jadi, ketika kita menang atau kalah, akan banyak kabar buruk dan juga kabar baik.”

Pernyataan STY bersifat normatif. Bukan perlindungan, tapi pemeriksaan diri. Publik menginginkan dirinya lebih tegas, adil, dan menurunkan ego kepelatihan yang terkadang lebih mengutamakan trial and error dan bernuansa keberuntungan.

Malam ini di GBK Senayan melawan Arab Saudi (19/11) Suporter STY dan komunitas sepak bola nasional pada umumnya ingin STY meraih kemenangan agar jalan menuju babak ke-4 tetap terbuka dan impian menuju Piala Dunia 2026 tetap hidup.

Kemenangan sangat penting bagi STY, meski Arab Saudi tidak akan mudah dikalahkan oleh Indonesia. Selama ini, reputasi Shin Tae-yong sedang dalam bahaya besar.

Saat ini, nasib sebagian besar kecintaan suporter timnas terhadap STY akan sangat ditentukan oleh hasil laga melawan Arabia. Hanya kemenangan yang dapat menghapus kebingungan dan kemungkinan banyak pendukung tim nasional saat ini akan mengucapkan “Annyeonghi Gaseyo STY” (Selamat tinggal STY).

Timnas selamanya, tapi pelatih Shin Tae-yong telah menjalani masa jabatannya.

Bagaimana dengan Ketum PSSI?

Kita akan membahasnya pada artikel berikutnya. Halo *

Halaman berikutnya

Hal ini terlihat dari komentar-komentar yang sedang tren di linimasa media sosial. Kecintaan masyarakat terhadap STY mulai berubah. Khususnya pendapat para pakar sepak bola yang akhir-akhir ini banyak muncul di media sosial.

Kapim Ida Budhiati, Kapim DPR, Sebut Tak Ada Integritas Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Penafian: Artikel ini merupakan kiriman pengguna VIVA.co.id yang diposting di saluran VStory berdasarkan User Generated Content (UGC). Segala konten tertulis dan konten di dalamnya adalah tanggung jawab penulis atau pengguna sepenuhnya.



Sumber