Kamis, 21 November 2024 – 21.00 WIB
Jakarta – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengatakan Presiden RI Prabowo Subianto meminta sistem pemilihan umum (pemilihan umum) diperbaiki karena tidak efektif dan terlalu mahal.
Baca juga:
Bawaslu: Video Prabowo dukung Ahmed Luthfi di rumah Jokowi
“Sistem politik atau sistem pemilu ini sia-sia bukan hanya dari segi implementasinya,” kata Bima di Jakarta, Kamis, usai menanggapi kajian peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Saat dipanggil ke kediaman Presiden Prabowo saat hendak dilantik menjadi wakil menteri, Bima Arya mengatakan, Presiden berpesan agar dirinya memperbaiki sistem pemilu di Indonesia.
Baca juga:
Pada sesi ketiga KTT G20, Presiden Prabovo berbicara tentang kemiskinan dan kelaparan
Sebab, kata Bima Arya, Presiden menilai pemilu tidak efisien dan mubazir sehingga perlu dicarikan solusi yang lebih tepat.
Baca juga:
Bawaslu: “Laporan Mas Wakil Presiden”, Pemilu dan Pilka tidak boleh dilaksanakan pada tahun yang sama
Selain Presiden, kata Bima Arya, pengaduan juga banyak disampaikan oleh para pengamat, peneliti, masyarakat, dan politisi di ruang publik.
“Prosedur pemilu juga memunculkan politik mahal, politik moneter, dan sebagainya. Aspirasi dan keluhan datang dari mana-mana,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Bima Arya, Kemendagri saat ini sedang berupaya mencari formula sistem pemilu yang lebih baik agar tidak terjadi pemborosan dan menjadi lebih baik lagi.
Ia juga mengatakan, dengan pemilu berbiaya tinggi, hasilnya tidak sesuai harapan, sehingga Kementerian Dalam Negeri akan berupaya memperbaiki sistem setelah berakhirnya Pilkada 2024.
“Jadi ini saat yang tepat untuk melakukan perbaikan karena kita ingin pemerintahan ini efektif dan efisien,” ujarnya.
Bima Arya mengatakan, di beberapa daerah, anggaran pemilu telah menghilangkan atau mengurangi sejumlah dana anggaran lainnya, dan hal ini tentu menghambat pembangunan di daerah tersebut.
Jangan sampai alokasinya terlalu besar. Seringkali di banyak daerah justru merugikan anggaran lain, ujarnya. (semut)
Halaman berikutnya
“Prosedur pemilu juga memunculkan politik mahal, politik moneter, dan sebagainya. Aspirasi dan keluhan datang dari mana-mana,” ujarnya.