Rupanya, Kris Kristofferson adalah Tuan Gregarius pada zamannya. Selain menjadi bintang musik dan film serta memperkenalkan John Prine kepada Bob Dylan, Kristofferson juga memperkenalkan Leonard Cohen kepada Janis Joplin. Namun, dia tidak ada di sana sampai sekarang. Kisah pertemuan Kristofferson dengan tangan yang hilang merupakan sesuatu yang tidak biasa. Faktanya, ini adalah salah satu kisah yang membangkitkan nostalgia masa lalu Hollywood dan mengingatkan kita betapa beragamnya puncak kreatif dan budaya dunia.
Terlepas dari daya tarik nostalgianya, presentasi Kristofferson dibuat untuk pertemuan kelas berat antara dua penulis lagu terhebat di tahun 60an. Selain hubungan baik dan sayangnya singkat antara keduanya, persahabatan Joplin dan Cohen adalah salah satu lagu hit Leonard Cohen, “Chelsea Hotel #2.” Namun, hal itu tidak akan mungkin terjadi tanpa Sarjana Texas Rhodes, Chris Kristofferson.
Meniru identitas Kris Kristofferson di Hotel Chelsea
Saat itu tahun 60an di New York, dan kota ini penuh dengan kaum bohemian dan orang-orang yang mencoba membuat nama mereka terkenal di bidang seni. Dan salah satu pusat adegan ini tak lain adalah Hotel Chelsea. Pada suatu malam yang sewenang-wenang di tahun 1968, Cohen keluar, minum, makan, dan mengecat kota dengan warna merah. Setelah menyelesaikan tur anggur dan makannya, Cohen kembali ke Hotel Chelsea untuk mengakhiri malam.
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya melalui lift, dia bertemu dengan seorang wanita tak dikenal dan bertanya padanya, “Mencari seseorang?” per kepala Batu Bergulir. Dia tidak tahu kalau wanita itu adalah Janis Joplin. Cohen sepertinya mencoba memulai percakapan santai dengannya sebelum dia menyadarinya. Jadi ketika Joplin menjawab, “Ya, saya sedang mencari Kris Kristofferson,” Cohen segera berkata, “Anda beruntung, nona kecil, saya Kris Kristofferson.”
Tidak jelas bagaimana tanggapan Joplin dan apa yang dilakukan keduanya setelah kejadian tersebut. Tetap saja, lucu rasanya menyadari bahwa Kristofferson adalah komoditas yang sangat populer di masa lalu sehingga seseorang seperti Leonard Cohen akan menyamar sebagai dia untuk mendekati wanita yang dia sukai.
“Itu adalah saat-saat yang penuh kemurahan hati. Meskipun dia tahu saya lebih rendah daripada Kris Kristofferson, dia tidak pernah membiarkan hal itu terjadi,” dan “Ada kemurahan hati yang besar dalam dekade-dekade yang menghancurkan itu,” kenang Cohen tentang memoarnya. Cerita seperti ini jarang terjadi dalam budaya pop. -tampaknya jarang, dan itu memalukan. Saya berharap seseorang dengan semangat sebesar Leonard Cohen dapat segera melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, karena cerita seperti ini tidak pernah ketinggalan zaman.
Foto oleh Michael Putland/Getty Images