Fokusnya adalah pada metode penghitungan kerugian negara dalam kasus korupsi timah

Sabtu, 23 November 2024 – 20.30 WIB

Jakarta – Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus pakar lingkungan hidup, mempertanyakan keakuratan perhitungan kerugian masyarakat sebesar Rp 271 triliun atas dugaan korupsi di sektor timah yang diragukan.

Baca juga:

KPK menyebut kasus mantan Gubernur Kalimantan Selatan Sahbir Nur tidak sama dengan kasus Harun Masiku

Kecurigaan muncul setelah Bambang tidak menunjukkan bukti perhitungan detail dan tidak membedakan izin usaha pertambangan (IUP) milik PT Timax dengan IUP lain saat bersaksi di sidang berikutnya pada 15 November.

Salah satu aspek penting dalam menghitung kerugian tersebut adalah penggunaan peta citra satelit yang digunakan sebagai dasar penelitian.

Baca juga:

Komisi Pemberantasan Korupsi mengusut jual beli aset anggota DPR Anwar Sadad dalam kasus Dana Hibah Jatim

Mengingat cakupan wilayah penelitian yang sangat luas, maka kualitas citra satelit yang digunakan dalam hal ini sangat menentukan keakuratan perhitungan nilai kerusakan lingkungan hidup.

Sidang perkara korupsi perdagangan timah di Pengadilan Tipikor Jakarta

Baca juga:

Sidang tipikor, kata ahli, BPKP tidak bisa menentukan nilai kerugian negara

Albert Septario Tempessi, pakar citra satelit dan praktisi industri pertambangan, mengatakan bahwa meskipun peta citra satelit gratis dapat memberikan gambaran kasar tentang area yang terkena dampak aktivitas pertambangan, perkiraan yang lebih akurat – kualitas gambar yang tinggi diperlukan untuk membuat buku.

“Kami menggunakan citra satelit resolusi menengah dari layanan Copernicus untuk menganalisis area yang dibuka oleh aktivitas penambangan timah. Namun kami menyarankan untuk menggunakan citra satelit berbayar yang menawarkan resolusi lebih tinggi untuk hasil interpretasi yang lebih akurat dan tepat,” jelasnya.

Dalam hal ini, penggunaan peta resolusi tinggi sangat penting untuk menjamin keakuratan perkiraan luas wilayah yang terkena dampak, terutama mengingat luasnya wilayah penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Albert juga menyoroti metode purposive sampling yang digunakan Bambang Hero dalam menghitung kerugian negara.

Dijelaskannya, purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan topik penelitian.

Meskipun metode ini menghemat waktu, Albert mencatat bahwa pendekatan ini memiliki kelemahan.

“Sampel yang diperoleh dengan cara ini tidak mewakili populasi secara keseluruhan,” ujarnya.

Oleh karena itu, dalam konteks wilayah Bangka Belitung yang memiliki struktur geologi berbeda, cara ini patut dipertimbangkan untuk memastikan sampel yang digunakan benar-benar representatif.

Secara terpisah, Syahrul, seorang praktisi pertambangan, menjelaskan menghitung kerugian negara akibat penambangan timah bukanlah hal yang mudah.

Menurut dia, tidak mungkin menghitung nilai kerusakan alam, khususnya kerusakan akibat aktivitas pertambangan, hanya berdasarkan luas lahan terbuka.

“Misalnya dalam menghitung kewajiban reklamasi perlu mengacu pada dokumen peraturan tertentu, seperti Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2014 yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan reklamasi dan pascatambang,” ujarnya. menjelaskan.

Oleh karena itu, dalam perhitungan kewajiban reklamasi lahan perlu memperhitungkan banyak faktor selain luas lahan, sehingga memerlukan kajian mendalam dari berbagai disiplin ilmu.

Proses ini memerlukan kerjasama berbagai ahli dalam disiplin ilmu yang berbeda, serta pemilihan metode yang tepat agar hasilnya akurat dan bertanggung jawab.

Syahrul menekankan pentingnya menggunakan pendekatan multidisiplin dan alat yang berkualitas untuk mencapai hasil yang lebih dapat diandalkan guna melakukan upaya perbaikan dan pengelolaan sumber daya alam secara lebih rasional dan bertanggung jawab.

“Kami tidak menghitung kerugian negara, namun kami menyarankan perlunya mempertimbangkan perhitungan kerugian negara dari sudut pandang yang berbeda dan melakukan kerjasama antar kementerian dengan bidang keilmuan yang berbeda seperti geologi, geodesi, pertambangan, geodesi, ekologi, kehutanan, biologi, dan keuangan. katanya. ditambahkan.

Halaman berikutnya

Dalam hal ini, penggunaan peta resolusi tinggi sangat penting untuk menjamin keakuratan perkiraan luas wilayah yang terkena dampak, terutama mengingat luasnya wilayah penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Halaman berikutnya



Sumber