Sabtu, 23 November 2024 – 17:08 WIB
Jakarta – Pengamat politik M. Qodari menilai dukungan Anies Baswedan terhadap Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Nomor Urut 3 Pramono Anung – Rano Karno merupakan kesalahan besar. Alih-alih mendongkrak suara, langkah itu justru dinilai merugikan pasangan yang diusung PDI Perjuangan.
Baca juga:
Kelompok Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Kementerian mengawal persiapan pilkada di Bali
Menurut Qodari, masuknya Anies ke kubu Pram-Rano berpotensi mengalihkan dukungan masyarakat minoritas yang awalnya mendukung pasangan tersebut kepada calon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO).
Soalnya harus diuji, tesis saya, masuknya Anies malah membatalkan kemenangan, bukan menyegelnya. Pemilih Anies itu besar, pengaruhnya besar, tapi mereka memilih Pram-Rano. tanpa deklarasi Anies pasti mereka ke sana,” kata Qodari dikutip Sabtu, 23 November 2024.
Baca juga:
Flashmob, cara unik Atang-Annida menyambut masyarakat di hari terakhir kampanye
Yang salah adalah anggapan bahwa Ridwan sebenarnya mencalonkan Kamil-Suswono ketika kelompok minoritas yang sebelumnya mendukung Pram-Rano bergabung dengan Anies, tambahnya.
Baca juga:
Di penghujung masa kampanye, baliho dan baliho di Calwalkot Bogor Atang Trisnanto dirusak.
Kadari menyebut langkah kubu Pram-Rano merekrut Anies adalah sebuah kesalahan. Sejak Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies dianggap sebagai sosok politik identitas. Hal ini membuat komunitas minoritas enggan mendukung pasangannya.
Tindakan memasukkan Anies ke dalam kubu ini, menurut saya, merupakan sebuah blunder dan bisa menjadi faktor penghambat kemenangan Pramono-Rana, kata Qodari.
Qodari mengatakan, kelompok minoritas awalnya memandang Pram-Rano sebagai pasangan yang nasionalis. Namun kehadiran Anies mengubah persepsi tersebut. Anies ibarat “hantu” yang mengancam keberagaman dan persatuan, khususnya bagi kelompok minoritas.
Dia mengatakan, masyarakat minoritas yang tersebar di Jakarta Barat dan Jakarta Utara sangat sensitif terhadap simbol-simbol politik Islam yang melekat pada Anies. Hal ini membuka peluang bagi pasangan Ridwan Kamil – Suswono untuk menjadi juara di wilayah ini.
“Kebanyakan minoritas berada di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Tadinya mereka condong ke Pramono – Rano karena PDIP nasionalis. Namun, dengan Anies, Ridwan Kamil – Suswono mungkin punya peluang menang di sana, katanya.
“Karena sekali lagi tesis saya, Anies adalah ‘hantu’ yang lebih menakutkan dibandingkan PKS bagi pemilih minoritas,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Qodari menilai dukungan Anies terhadap Pram-Rana merupakan strategi untuk mempertahankan kehadirannya di kancah politik nasional. Dengan membantu kemenangan Pram-Rano, Anies berpeluang mendapat dukungan PDI Perjuangan untuk maju di Pilpres 2029.
“Pilkada di Jakarta ini merupakan strategi Anies untuk kembali ke kancah politik nasional. Karena pemimpin daerah tidak bisa sekaligus mencalonkan diri sebelum pilkada, maka itu satu-satunya jalan bagi PDI Perjuangan Anies untuk tampil di Pilpres 2029, jelas Qodari.
Namun langkah tersebut dinilai tidak efektif. Sementara tren naiknya terpilihnya Pram-Rano terancam terpuruk seiring masuknya Anies. Menurut Kadari, sebaiknya Anies tidak ikut campur demi menjaga momentum pemilu pasangan ini.
Langkah ini sebenarnya seperti overthinking. Ini yang dikira Anies ‘suhu’, tapi ternyata keluar ‘mengganggu’,” tutupnya.
Halaman berikutnya
Qodari mengatakan, kelompok minoritas awalnya memandang Pram-Rano sebagai pasangan yang nasionalis. Namun kehadiran Anies mengubah persepsi tersebut. Anies ibarat “hantu” yang mengancam keberagaman dan persatuan, khususnya bagi kelompok minoritas.