Minggu, 24 November 2024 – 18:54 WIB
VIVA – Desa Nepo di Kecamatan Malusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan memiliki banyak sumber daya alam. Namun hasil pertanian yang biasanya dijual mentah, kini telah menjelma menjadi produk siap saji berkat inovasi Suparman, pengusaha lokal yang membuat jajanan Kacang Nepo.
Baca juga:
Keripik kentang Albaeta, usaha kecil dan menengah yang berkembang pesat berkat ekspansi BRI
Kacang nepo hadir dalam berbagai varian rasa yang unik seperti kacang renyah, kacang rahasia dengan gula pasir, kacang disko, kacang tempe, dll yang memberikan rasa asin dan pedas.
Menurut Suparman, ide awal usahanya muncul pada tahun 2022.
Baca juga:
Diberdayakan oleh BRI, petani Mangga Bondowoso dapat memperluas lahan dan meningkatkan penghidupan mereka.
“Saya melihat hasil pertanian di desa ini banyak yang dijual ke luar, sehingga muncul ide untuk mendaur ulang agar bisa memberi nilai tambah bagi masyarakat setempat,” ujarnya.
Baca juga:
Direktur Utama BRI dinobatkan sebagai ‘CEO Terbaik’ atas karya terluas di bidang keuangan berkelanjutan
Dengan kemasan asli yang sederhana, produk ini didukung BRI melalui program Desa BRILiaN pada tahun 2023. BRI memberikan pelatihan pemasaran, pengemasan dan pemanfaatan teknologi digital. Berkat kemungkinan tersebut, produk Kacang Nepo kini tampil lebih menarik dan banyak tersedia.
Program BRILiaN pedesaan BRI memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan usaha Suparman. Pelatihan khusus dari BRI dan kerjasama dengan Politeknik Pariwisata membantu Suparman dalam meningkatkan kualitas produk terutama pada aspek rasa dan kemasan sehingga lebih kompetitif di pasar. Selain itu, BRI akan membekali UMKM Desa Nepo dengan teknologi digital seperti QRIS yang memungkinkan sistem pembayaran nontunai dan memudahkan akses pasar yang lebih luas.
“Pemasaran ke toko-toko lokal dan supermarket kini lebih mudah dengan QRIS,” jelas Suparman.
Ia menambahkan, penggunaan teknologi ini akan mempercepat proses transaksi dan memudahkan konsumen dalam berbelanja.
Kini menghasilkan puluhan juta sebulan, Kacang Nepo menjadi sumber pendapatan utama Suparman dan beberapa warga yang bekerja bersamanya. Seiring dengan meningkatnya permintaan, Suparman berharap dapat memperluas tim dan mendatangkan lebih banyak warga untuk berproduksi. “Kami berharap usaha kecil dan menengah di desa kami semakin berkembang dan semakin banyak masyarakat yang mendapat kesempatan memanfaatkan manfaat tersebut,” ujarnya antusias.
Suparman juga berharap produk lokal seperti kacang Nepo tidak hanya dikenal masyarakat lokal, tetapi juga menjadi simbol kuliner Desa Nepo.
“Kami ingin kacang-kacangan yang keluar dari desa ini tidak hanya sebagai bahan baku tetapi juga sebagai kemasan yang bernilai tambah,” ujarnya.
Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk tersebut, Suparman bercita-cita membawa Kacang Nepo ke pasar nasional.
Secara terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyoroti komitmen BRI sebagai bank yang fokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Peran BRI tidak hanya sebatas menjadi lembaga intermediasi keuangan yang memiliki kepentingan ekonomi, tetapi juga kepentingan sosial berupa pemberdayaan badan usaha perorangan dan lembaga pedesaan,” ujarnya.
“Mengingat pembangunan pedesaan di Indonesia yang relatif belum merata dan merupakan permasalahan bersama, maka pemberdayaan pedesaan menjadi isu yang perlu mendapat perhatian. Kami berharap program ini dapat menjadi platform yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh desa dan seluruh usaha kecil dan menengah. Mereka pada akhirnya akan “mampu menstimulasi pembangunan pedesaan di Indonesia,” kata Supari.
Halaman berikutnya
Kini menghasilkan puluhan juta sebulan, Kacang Nepo menjadi sumber pendapatan utama Suparman dan beberapa warga yang bekerja bersamanya. Seiring meningkatnya permintaan, Suparman berharap dapat memperluas tim dan mendatangkan lebih banyak warga untuk berproduksi. “Kami berharap usaha kecil dan menengah di desa kami semakin berkembang dan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya,” antusiasnya.