Selasa, 26 November 2024 – 10:15 WIB
Ayo VIVA — Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, ARO, yang duduk di bangku kelas 3 SD di Subang, Jawa Barat, meninggal setelah di-bully oleh beberapa anaknya yang lebih tua.
Baca juga:
Peran Relawan Joshua Friends dalam Memenangkan Pilkada Dukungan Gerindra dan KIM di Daerah SMS
Korban sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Ciereng Subang selama enam hari, namun nyawanya tak tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan koma pada Senin 25 November pukul 16.10 WIB.
Syamsu Reza, Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUD Ciereng menjelaskan, kondisi korban kritis sejak pertama kali masuk rumah sakit.
Baca juga:
Sebuah truk Tronton menabrak sebuah toko di Semarang, menewaskan dua orang
“Hari ini hari keenam, kondisi pasien tidak stabil, parah, koma. Dalam dunia kedokteran, hal ini dianggap sebagai kematian batang otak. Pasien meninggal dunia pada pukul 16.10 WIB, kata Syamsu, Senin malam.
Baca juga:
Warga AS Subang Bikin Geger, Ngaku Nabi dan Sabda Tuhan Bagaikan Perempuan yang Menghentakkan Kaki
Syamsu menjelaskan, pihak rumah sakit berupaya keras menyelamatkan nyawa korban meski kondisinya terus memburuk sejak hari pertama dirawat.
Berdasarkan diagnosis awal, korban mengalami pendarahan di otak yang diduga akibat benturan.
“Kami menduga ada efek yang menyebabkan pendarahan di otak, namun hal tersebut belum dapat dipastikan saat ini. Kami tidak sempat memeriksa kemungkinan penyakit bawaan, karena kondisi pasien sejak awal tidak stabil.”,- dia menambahkan.
Syamsu juga mengatakan, sejak masuk rumah sakit, korban masih koma dan tidak menunjukkan perbaikan sama sekali.
“Saat sampai di IGD, korban sudah tidak sadarkan diri. “Selama dirawat, kondisinya terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia,” ujarnya.
Dia mengatakan polisi telah melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.
Keluarga korban mengungkapkan, ARO sempat mengeluh sakit kepala, muntah, dan sakit perut selama beberapa hari sebelum masuk rumah sakit.
Menurut salah satu kerabat korban, Sarti, bocah malang itu takut dan tidak berani menceritakan kejadian sebenarnya.
“Dia muntah-muntah saat makan, lalu langsung muntah lagi. Dia juga sempat sakit perut, tapi dia tidak memberitahu orang tuanya karena takut. “Setelah dipijat, muntahnya berhenti,” kata Sarti saat ditemui di kediamannya.
Namun, situasi ARO terus memburuk. Sepulang sekolah, korban kesulitan membuka mata bahkan harus merangkak untuk berjalan. Saat itulah pihak keluarga akhirnya membawa korban ke rumah sakit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, korban diduga di-bully oleh siswa kelas 4 dan 5 SD kelas 4 dan 5 SD miliknya. Tiga mahasiswa yang diduga terlibat aksi ini berinisial M, D, dan O.
Keluarga baru mengetahui penganiayaan tersebut setelah kondisi korban memburuk. Peristiwa ini diduga mengakibatkan luka fisik hingga berujung kematian.
Kejadian ini sangat meresahkan baik anggota keluarga maupun warga sekitar. Polisi kini tengah menyelidiki kasus tersebut, termasuk melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Jika kekerasan terbukti, pelaku akan menghadapi konsekuensi hukum yang setimpal.
Situasi ini menjadi pengingat betapa berbahayanya bullying, terutama bagi anak-anak.
Kami berharap tragedi yang dialami ARO dapat mendorong semua pihak, termasuk sekolah dan orang tua, untuk lebih serius dalam mencegah bullying dan melindungi anak dari kekerasan fisik dan mental.
Halaman berikutnya
Syamsu juga mengatakan, sejak masuk rumah sakit, korban masih koma dan tidak menunjukkan perbaikan sama sekali.