Kamis, 28 November 2024 – 07:40 WIB
Garut, VIVA – Muizatul Halim, 12 tahun, asal Desa Siderang Datar, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menjadi sorotan publik setelah kisah inspiratifnya viral di media sosial.
Baca juga:
Belajar dari Jensen Huang Rp 2000 Triliun: Filosofi Hidup Tukang Kebun yang Bakal Bikin Anda “Kaya Banget”.
Muiz dikenal sebagai sosok nyentrik yang mengorbankan masa kecilnya demi mengasuh ibu dan tujuh saudaranya setelah ayahnya pindah ke Bangka Belitung.
Kisah perjuangan Muiz pertama kali dibagikan oleh konten kreator asal Garut, Sri Pujawati, yang mengunggah kisah Muiz melalui akun TikTok miliknya.
Baca juga:
Bagaimana PNM mendorong pemberdayaan ekonomi Generasi Z
Muiz yang masih duduk di bangku kelas enam SD setiap hari bangun pagi untuk membantu ibunya, Erin, yang membuat adonan kue yang dijualnya seharga Rp 1.000.
Hasil penjualan kue tersebut digunakan untuk menghidupi keluarga, termasuk adik-adiknya, yang salah satunya adalah sepasang anak kembar yang merupakan anak bungsu.
Baca juga:
Pengusaha yang dulunya tukang cuci piring ini kini memiliki aset Rp 1.900 triliun
Penolakan ibunya dalam merencanakan keluarga menyebabkan Muiz memiliki banyak saudara. Kehidupan mereka sederhana, tinggal di rumah bambu tinggi tanpa kamar mandi atau kamar tidur sempit.
Meski begitu, Muiz tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Berkat peristiwa viral tersebut, Muiz kini mendapat berbagai bantuan mulai dari pembangunan toilet hingga bantuan kebutuhan sehari-hari.
Bantuan ini pertama kali diberikan melalui Sri Pujavati. Banyak masyarakat yang tergerak untuk membantu, termasuk sekelompok ibu-ibu dari distrik lain yang datang langsung ke rumah Muiz untuk memberikan santunan dan sumbangan.
Kisah Muiz tak hanya menginspirasi masyarakat Garut, namun juga menarik perhatian YouTuber Gema TV yang berkunjung ke rumah Muiz.
Muiz mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada dirinya dan keluarga.
“Terima kasih banyak,” kata Muiz sambil menangis.
Halaman selanjutnya
Meski begitu, Muiz tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya.