Kamis, 28 November 2024 – 16.40 WIB
VIVA – Zahra (bukan nama sebenarnya), remaja putri yang tidak menyangka keinginannya membeli baju impor dari toko Instagram akan membawanya ke jebakan penipuan bea cukai.
Baca juga:
Tiga kantor bea cukai bergabung untuk menghancurkan barang-barang tersebut
Mei lalu, Zahra menemukan toko online bernama Original Matahari di Instagram yang menawarkan beragam pakaian dengan harga terjangkau dan menarik. Setelah melihat-lihat dan menikmati koleksinya, Zahra akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa potong yang dirasa pas dan cantik saat dikenakannya. Tak lama kemudian Zahro langsung mengirimkan sejumlah uang sesuai harga barangnya, semuanya tampak berjalan normal dan tanpa kendala.
Baca juga:
Bea Cukai Kudus melakukan pembuangan rokok dan minuman keras ilegal senilai Rp 7,72 miliar
Zahra tidak sabar menunggu pesanannya tiba setiap hari. Sesampainya di suatu sore, Zahra dikejutkan dengan panggilan dari nomor tak dikenal. Telepon itu datang dari seseorang yang mengaku sebagai petugas bea cukai.
“Saya petugas bea cukai, saya informasikan bahwa barang pesanan Bu Zakro yang baru dibeli tidak sesuai dengan dokumen impor dan saat ini ditahan di kantor bea cukai,” kata penipu. . sebagai petugas bea cukai, dia terpesona.
Baca juga:
Bea Cukai menindak 60.000 benih lobster segar senilai Rp 9,1 miliar di Lampung Selatan
Mendengar hal itu, Zahra pun panik sekaligus bingung karena tak menyangka niat belanjanya justru membawanya pada persoalan pelik seperti itu.
Namun, “petugas bea cukai” menunjukkan solusinya. “Untuk itu, segera isi dokumen impor dan bayar biaya pengisian dokumen senilai Rp 7.980.000,00. Jika tidak dikirimkan, barang tersebut akan kami sita selamanya dan dikenakan sanksi pidana.”
Zahra merasa tertekan. Dia juga tidak tahu apa-apa tentang bea cukai, khususnya prosedur impor. Setelah itu karena khawatir akan ancaman pidana dan tidak ingin barangnya disita, Zahra langsung mengikuti instruksi tersebut dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang disediakan penipu.
Tapi yang bagus masih ada pada Zahra. Beberapa menit sebelum uang ditransfer, Zahra menyadari hal tersebut dan menghubungi Bea Cukai melalui direct message (DM) di Instagram @beacukairi untuk menanyakan pengalamannya. Respons tegas petugas bea cukai terhadap pesan Zahra adalah “Penipuan”. Saat itulah Zahra menyadari bahwa dirinya telah ditipu dan kehilangan beberapa juta.
Penipuan yang dialami Zahra sebenarnya cukup sering terjadi. Cara yang digunakan sangat licik, penipu menggunakan nama-nama besar instansi untuk menakut-nakuti korbannya, salah satunya Bea dan Cukai. Penipu sering berpura-pura menjadi petugas bea cukai dan mengklaim bahwa barang yang dibeli secara online akan diblokir karena masalah dokumen atau bahkan menghadapi denda dan tuntutan pidana karena dianggap ilegal.
Menanggapi kejadian tersebut, Kabag Humas dan Bea Cukai Budi Prasetiyo mengatakan, penipu selalu lihai memanipulasi emosi korban sehingga korban terpaksa mentransfer uang dan masalahnya selesai akan terselesaikan dengan cepat. Padahal, jika ada barang yang tidak sesuai, pihak bea cukai tidak akan pernah meminta pembayaran melalui transfer ke rekening pribadi, lanjutnya.
Budi mengatakan, berdasarkan pengalaman Zahra, ada beberapa ciri-ciri penipuan yang perlu dipahami masyarakat agar terhindar dari situasi seperti itu. Fitur seperti:
- Adanya biaya yang tidak masuk akal;
- Menggunakan nomor kontak pribadi namun berpura-pura menjadi petugas bea cukai;
- Menggunakan foto profil palsu petugas bea cukai;
- Terdapat intimidasi dengan ancaman hukuman/pelanggar;
- Ada keharusan untuk melakukan operasi pada akun pribadi.
“Jika menemukan barang tersebut, jangan sungkan untuk memastikannya melalui pesan di media sosial Bea dan Cukai atau Bravo Bea dan Cukai 1500225. Cegah kerugian,” kata Budi.
Penipuan Bea dan Cukai merupakan salah satu bentuk penipuan yang semakin marak di tengah kegemaran masyarakat berbelanja online. Ketidaktahuan dan kepanikan seperti racun bisa menjebak kita dalam buaian penipu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berhati-hati, mengecek informasi dan menghindari keputusan terburu-buru yang dapat merugikan.
“Dengan memahami tanda-tanda penipuan, kita bisa menghindari kerugian yang tidak perlu. “Hati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan bea dan cukai,” pungkas Budi.
Halaman selanjutnya
Penipuan yang dialami Zahra sebenarnya cukup sering terjadi. Cara yang digunakan sangat licik, penipu menggunakan nama-nama besar instansi untuk menakut-nakuti korbannya, salah satunya Bea dan Cukai. Penipu sering kali berpura-pura menjadi petugas bea cukai dan mengklaim bahwa barang yang dibeli secara online akan diblokir karena masalah dokumen atau bahkan menghadapi denda dan tuntutan pidana karena dianggap ilegal.