Kamis, 28 November 2024 – 21:40 WIB
Jakarta – Pemilihan pimpinan daerah (Pilkada) 2024, termasuk DKI Jakarta, dilaporkan memiliki tingkat partisipasi pemilih yang lebih rendah dibandingkan pemilihan Presiden (Pilpres) dan pemilihan Legislatif (Pileg) tahun itu. Hal inilah yang menjadi perhatian utama Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta yang saat ini sedang melakukan asesmen untuk memahami penyebabnya.
Baca juga:
Ria Norsan – Chrysantus sudah mendeklarasikan kemenangan di Pilgub Kalimantan Barat
Ketua KPU DKI Jakarta Wahyu Dinata menyebut arus pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilkada 2024 nampaknya tidak seramai pemilu presiden dan legislatif.
Baca juga:
Hitung cepat: Paslon BBS-Jun Mahir Muaro menang Pilkada Jambi
“Pantauan kami, arus pemilih di TPS (Tempat Pemungutan Suara) terbilang sepi. Namun, kami belum mengetahui angka pasti tingkat partisipasinya. Namun pada pilkada biasanya lebih rendah dibandingkan pada pilpres,” kata Ketua KPU DKI Vahyu Dinata Di antara Kamis, 28 November 2024.
Menurut Wahyu, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya angka partisipasi. Salah satu kemungkinannya adalah program propaganda yang dilakukan KPU tidak terlalu efektif atau ada keadaan tertentu yang mempengaruhi kepentingan masyarakat. Kami berharap hasil evaluasi ini dapat menjadi acuan untuk perbaikan di masa mendatang.
Baca juga:
KPU Sebut Jumlah pemilih Pilkada Jakarta 2024 Menurun, Kenapa?
Kepala Sosialisasi dan Humas KPU KPU DKI Jakarta Astri Megatari juga mengungkapkan, partisipasi pemilih di Pilka masih rendah meski telah dilakukan berbagai upaya.
“Kami melakukan cara yang berbeda-beda. Kami melakukan sosialisasi di lebih dari 100 tempat baik di lingkungan RT, organisasi akar rumput, kemudian sekolah dan kampus bagi pemula dan pemilih muda,” ujarnya.
KPU juga memanfaatkan berbagai acara seperti Hari Bebas Kendaraan Bermotor (MVDF), acara olah raga, dan bazar untuk menyebarkan informasi seputar pemilu. Sosialisasi juga aktif dilakukan di tempat-tempat keramaian seperti pusat perbelanjaan dan pasar.
Jika melihat data sebelumnya, partisipasi pemilih di DKI Jakarta menunjukkan tren peningkatan pada pemilu legislatif. Pada tahun 2009, angka partisipasi hanya sebesar 58,3 persen, pada tahun 2014 meningkat menjadi 66,5 persen, dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 79 persen. Namun tren positif tersebut nampaknya tidak berhasil tercermin pada Pilkada 2024.
Meski KPU tidak menetapkan target khusus partisipasi, KPU mencatat berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan masyarakat mendapat dukungan yang baik dalam menggunakan hak pilihnya. Kami berharap pengkajian yang lebih mendalam dapat membantu meningkatkan partisipasi pemilih pada pilkada mendatang.
Halaman selanjutnya
“Kami bekerja dengan cara yang berbeda. Kami melakukan sosialisasi di lebih dari 100 tempat dengan lingkungan, organisasi akar rumput, dan sekolah serta kampus bagi pemula dan pemilih muda,” ujarnya.