Minggu, 1 Desember 2024 – 10:17 WIB
Jakarta – Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar mengatakan, Presiden Prabowo Subianto sepakat pelaksanaan Pilkada 2024 harus dievaluasi secara komprehensif agar masyarakat tidak terperkuat atau terbebani dengan praktik kebijakan moneter.
Baca juga:
Cak Imin: Bansos tetap diberikan kepada masyarakat dengan tiga kriteria utama
Menurut dia, pemerintah ngotot untuk menyelenggarakan pilkada karena terkait dengan praktik kebijakan moneter dan mahalnya biaya pelaksanaannya, sehingga Presiden Prabowo menilai perlu kajian mendalam untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Respon Presiden adalah mengajak semua pihak untuk menyelesaikan implementasinya melalui undang-undang,” kata Muhaymin kepada media di Jakarta, Sabtu malam, 30 November 2024.
Baca juga:
Cerita babak ke-2 diyakini mampu mengganggu kenyamanan Jakarta
Muhaymin mengatakan kebijakan moneter merupakan ujian bagi agenda demokrasi di Indonesia, baik pemilu daerah maupun pemilu legislatif, sehingga sistem pemilu perlu dievaluasi secara menyeluruh. Selain itu, biaya pelaksanaan menyerap sebagian besar anggaran.
Baca juga:
Dharma Pongrekun yang mengaku menang dengan perolehan suara lebih dari 52 persen, merasa tertipu dengan serangan Fajar
“Saya juga berkesempatan berdiskusi dengan Presiden mengenai pembelajaran pilkada dalam rangka perbaikan sistem dan penyempurnaan undang-undang pemilu, bukan pengurangan peraturan perundang-undangan partai politik. Inilah nikmatnya persaingan yang sehat,” katanya.
Meski dibayangi banyaknya praktik kebijakan moneter, kata dia, pilkada yang dilaksanakan pada waktu yang sama tahun ini juga melahirkan sejumlah calon kepala daerah yang tidak memiliki belanja kampanye besar.
Masih ada yang menang tanpa berurusan dengan kebijakan moneter. Mereka mengandalkan informasi dan ide untuk terpilih, kata pria yang kerap disapa Cak Imin itu.
Oleh karena itu, kata dia, persoalan perbaikan penyelenggaraan pemilu daerah dan pemilu nasional akan sulit, namun masih ada peluang untuk memperbaikinya. (semut)
Halaman berikutnya
Meski dibayangi banyaknya praktik kebijakan moneter, kata dia, pilkada yang dilaksanakan pada waktu yang sama tahun ini juga melahirkan sejumlah calon kepala daerah yang tidak memiliki belanja kampanye besar.