Minggu, 1 Desember 2024 – 17:31 WIB
Jakarta – Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), pada tahun 2017 suhu bumi naik 1 derajat Celcius dibandingkan suhu pra-industri (1750-1850-an).
Baca juga:
Indonesia memerlukan strategi dekarbonisasi yang lebih fleksibel
Jika dibiarkan, antara tahun 2030 hingga 2052, kenaikan suhu bumi akan melebihi batas 1,5 derajat Celcius.
Salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk menjaga peningkatan suhu rata-rata bumi di bawah 1,5 derajat adalah dengan mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK) melalui upaya dekarbonisasi.
Baca juga:
Menghentikan perubahan iklim, melakukan dekarbonisasi demi lingkungan yang sehat
Secara umum, dekarbonisasi adalah proses mengurangi atau menghilangkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.
Ada berbagai cara untuk mendukung dekarbonisasi, termasuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar rendah karbon, terbarukan, dan berkelanjutan.
Baca juga:
Hal ini menyebabkan ledakan dahsyat di tambang batu bara Iran, menewaskan 51 pekerja
Sub Holding PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo menggunakan teknologi terbarukan seperti pengelolaan gas metana di pembangkit listrik tenaga biogas atau PLTBg Pagar Merbau, Deli Serdang, Sumatera Utara sebagai komitmen pengelolaan sumber daya alam. (SDA).
Seperti diketahui, metana merupakan gas yang dihasilkan dari proses penghancuran sampah organik, salah satunya limbah cair kelapa sawit.
Langkah ini mendapat pujian dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisal Nurofik, karena mendukung program dekarbonisasi nasional.
Menurutnya, 18 juta perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini dapat menghasilkan sekitar 910.000 ton limbah cair pabrik kelapa sawit (POME), atau 36 juta tCO2eq emisi gas rumah kaca (GRK).
Pemerintah ingin mengurangi jumlah ini. Selain untuk mengurangi dampak emisi GRK, pengurangan POME juga merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memerangi kampanye hitam kelapa sawit.
“Jika kita bisa mencapai 36 juta tCO2eq, maka kita bisa memenuhi janji Indonesia kepada dunia internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata Hanif.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko K Santosa mengatakan, sepanjang tahun 2020 hingga 2024, PLTBg Pagar Merbau menyuplai listrik sebesar 16,8 MWh kepada masyarakat melalui PLN.
Jumlahnya 17,6 miliar. untuk tambahan penghasilan Rp 54 ribu tCO2 eq.
“Kami melihat pengelolaan sampah bukan hanya sekedar tanggung jawab, tapi juga peluang besar untuk berinovasi dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim,” kata Jatmiko.
Saat ini, PLTBg Pagar Merbau PTPN IV merupakan salah satu proyek andalan PalmCo untuk mendukung upaya dekarbonisasinya.
Dalam prosesnya, PLTBg Pagar Merbau memanfaatkan biogas dari POME untuk menghasilkan listrik terbarukan.
Melalui fasilitas ini, perusahaan tidak hanya dapat mengurangi emisi metana ke atmosfer. Namun menghasilkan energi yang berguna bagi orang disekitarnya.
Dengan teknologi penangkapan metanaPLTBg Pagar Merbau telah mampu menangkap dan mengolah gas metana dari limbah cair kelapa sawit yang telah dibuang sebelumnya.
Gas metana yang terkumpul kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik, yang kemudian didistribusikan ke jaringan listrik.
“Kita telah mampu mentransformasikan potensi ancaman lingkungan menjadi sumber energi yang bersih dan ramah lingkungan. Upaya dekarbonisasi tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan, namun merupakan upaya kolektif antara pemerintah, masyarakat, dan swasta,” jelasnya.
Halaman berikutnya
Langkah ini mendapat pujian dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisal Nurofik, karena mendukung program dekarbonisasi nasional.