Menko meyakinkan investor global di Airlang: Jika ingin tumbuh, tumbuhlah bersama Indonesia

Minggu, 1 Desember 2024 – 09:02 WIB

VIVA – Fundamental perekonomian Indonesia masih kuat. Pada triwulan III tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,95%, lebih baik dibandingkan beberapa negara seperti Singapura (4,1%), Arab Saudi (2,8%) dan Meksiko (1,5%).

Baca juga:

Menteri Rosan yakin kenaikan UMR sebesar 6,5% pada tahun 2025 tidak akan mempengaruhi aliran investasi asing

“Pertama, Indonesia berhasil tumbuh sekitar 5 persen dalam satu dekade terakhir. Hanya sedikit negara seperti Indonesia yang mampu mengendalikan inflasi di bawah 2%. Saya kira rasio utang kita terhadap PDB juga sangat rendah, sekitar 40%. Artinya fundamental perekonomian Indonesia kuat. “Cadangan devisa kita sekitar $150 miliar dan perdagangan kita juga positif,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aylangga Hartarto saat menjadi keynote speaker pada C-Suite Access Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP). topik prospek ekonomi dan politik Indonesia 2025, Jakarta, Sabtu (30/11).

Tingkat pengangguran (per Agustus 2024) pun turun dari 5,32 persen menjadi 4,91 persen pada Agustus 2023. Jumlah pekerja tersebut kemudian bertambah 4,7 juta jiwa, dari 139,9 juta jiwa (Agustus 2023) menjadi 144,6 juta jiwa (Agustus 2024), dengan rincian 42,05% pekerja formal dan 57,95% pekerja informal.

Baca juga:

Emas digital mulai bermunculan, berikut 5 kelebihannya

“Kemarin Presiden Prabovo mengumumkan akan menaikkan upah minimum sebesar 6,5 persen pada tahun depan. Jadi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Saya pikir sangat penting untuk mempertahankan kelas menengah di Indonesia karena tujuan kita adalah menjadi negara berpendapatan menengah ke atas. “Untuk itu, kita ingin mempercepat pembangunan agar bisa mencapai pendapatan per kapita lebih dari 12.000 dolar dalam 10 tahun,” jelas Menko Airlang.

Menurut Menko Airlangga, Indonesia saat ini memiliki beberapa provinsi yang pendapatan per kapitanya jauh lebih tinggi. Misalnya di Jakarta 22 ribu dolar AS, lalu di Kalimantan Timur dan beberapa provinsi di Pulau Sumatera pendapatan per kapitanya berkisar 17 ribu dolar.

Baca juga:

Harga Emas Semakin Cerah, Apakah Selalu Menjadi Investasi yang Menguntungkan?

“Jadi tugas Pemerintah agar lebih merata, tidak ada perbedaan (pendapatan) antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu, salah satu caranya adalah dengan membangun Indonesia berbasis Indonesia, pusat gravitasinya akan berpindah dari Jawa ke Indonesia Timur, dan pemerintah telah membangun 22 kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk itu, jelas Menko Airlangga.

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia juga semakin aktif menjadi anggota di berbagai forum ekonomi multilateral. Misalnya saja Indonesia yang menginisiasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang salah satunya mengikutsertakan Tiongkok, lalu bersama-sama membentuk Indo-Pacific Economic Framework for Development (IPEF) dengan Amerika. Indonesia juga sedang dalam proses menjadi anggota OECD dan BRICS.

Menurut Menko Airlangga, tujuan penandatanganan berbagai perjanjian multilateral tersebut antara lain untuk membuka pasar perdagangan baru, meningkatkan dan menyelaraskan standar perdagangan dan keuangan, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja untuk menarik lebih banyak investasi.

“Karena target investasi kita tahun ini sekitar Rp1.900 triliun, dan saya kira tahun depan kita butuh investasi lebih dari Rp2.100 triliun, jadi kita butuh lebih banyak ‘teman’ dan investor,” kata Menko Airlang.

Ketertarikan investor global untuk datang ke Indonesia bukan hanya karena daya tarik potensi pasar ekspor yang besar atau pasar dalam negeri yang daya beli konsumennya kuat, namun mereka juga perlu percaya dan mengetahui supremasi hukum di Indonesia. Indonesia mematuhi nilai-nilai global mengenai lingkungan dan praktik, transparansi, dan anti korupsi.

Menko juga meyakinkan investor global Airlang. “Jika Anda ingin tumbuh, tumbuhlah bersamanya
Indonesia,” tutupnya.

Halaman berikutnya

Menurut Menko Airlangga, tujuan penandatanganan berbagai perjanjian multilateral tersebut antara lain untuk membuka pasar perdagangan baru, meningkatkan dan menyelaraskan standar perdagangan dan keuangan, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja untuk menarik lebih banyak investasi.



Sumber