Al-Maqrizi: Seorang ekonom Islam awal pada masanya

Senin, 2 Desember 2024 – 09:05 WIB

VIVA – Merujuk pada pembacaan buku “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” karya penulis Karim (2016), ditemukan salah satunya yaitu Al-Maqrizi, dan penulis yakin gagasannya sangat menarik untuk dibahas dan tetap relevan hingga saat ini. .

Baca juga:

Bolehkah dalam Islam seorang istri meminta gaji suaminya dan menyimpan semua uangnya? Inilah jawaban pasti Mamah Dedeh

Al-Maqrizi adalah seorang sejarawan dan pemikir ekonomi Islam abad pertengahan, yang ide-idenya mendahului zamannya. Nama lengkapnya adalah Taqiuddin Abu al-Abbas Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir Al-Husaini. Beliau lahir di Kairo pada tahun 766 H (1364-1365 M) dan berasal dari keluarga sederhana yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Al-Maqrizi menjadi ulama yang memberikan kontribusi signifikan di berbagai bidang, khususnya ekonomi dan sejarah, karena perjalanannya belajar dari banyak ulama, termasuk Ibnu Khaldun.

Perjalanan hidup dan karir

Baca juga:

Menuju Indonesia Emas 2025, Inilah Tantangan dan Peluangnya

Al-Maqrizi memulai karirnya sebagai pegawai di pemerintahan Dinasti Mamluk. Ia menjabat sebagai inspektur di Kairo, posisi yang memberinya pengetahuan mendalam tentang dinamika pasar, perdagangan, dan peredaran uang. Selain itu, ia juga bekerja sebagai pelaksana administrasi wakaf di Damaskus. Pengalaman ini memperkuat analisisnya terhadap krisis ekonomi, khususnya pada masa Dinasti Mamluk Burji.

Urusan ekonomi dan pemikiran

Baca juga:

BI proyeksikan ekonomi dunia menyusut pada 2026, bagaimana dengan Indonesia?

Diketahui, Al-Maqrizi menulis lebih dari seratus karya, termasuk kitab monumental “Ig’hatsa al-umma bi Kasif al-Gumma” yang membahas tentang krisis ekonomi dan inflasi. Dalam karyanya tersebut, ia mengkritik kebijakan moneter dinasti Mamluk yang merusak stabilitas ekonomi Mesir.

1. Konsep uang. Al-Maqrizi mempelajari sejarah uang mulai dari dinar emas dan dirham perak pada zaman Nabi hingga dinasti Mamluk. Ia menyoroti dampak negatif pencetakan uang berkualitas buruk yang menyebabkan inflasi dan melemahkan daya beli masyarakat. Menurutnya, hanya emas dan perak yang layak dijadikan tolak ukur nilai moneter. Fulus (mata uang tembaga) menjadi kebutuhan untuk transaksi kecil dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

2. Analisis inflasi. Ia membagi penyebab inflasi menjadi dua:
Inflasi alami: Disebabkan oleh bencana alam yang mengurangi pasokan barang dan jasa serta menaikkan harga. Contoh nyata adalah ketika terjadi bencana alam seperti kekeringan atau banjir, produk pertanian menjadi langka sehingga menyebabkan harga pangan meroket. Selain itu, rusaknya infrastruktur penting seperti jalan dan jembatan juga memperburuk distribusi barang dan menambah kelangkaan pasar. Dalam situasi seperti ini, pemerintah sering kali berada di bawah tekanan untuk mengalokasikan sumber daya yang besar guna memitigasi dampak yang dapat menyebabkan defisit anggaran.

Inflasi karena kesalahan manusia: Disebabkan oleh kebijakan yang buruk seperti korupsi, salah urus, perpajakan yang berlebihan dan pencetakan uang yang berlebihan. Misalnya, ketika pejabat publik mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan publik, korupsi dapat melemahkan efisiensi ekonomi dan meningkatkan kesenjangan sosial. Manajemen yang tidak efisien sering kali menyebabkan kesalahan pengelolaan sumber daya, peningkatan biaya produksi dan distribusi. Selain itu, pajak yang terlalu tinggi dapat menghambat produktivitas masyarakat dan mendorong banyak sektor informal menghindari kewajiban perpajakan, yang pada akhirnya memperburuk stabilitas perekonomian. Mencetak uang terlalu banyak tanpa dukungan nilai riil juga menyebabkan inflasi sulit dikendalikan dan sangat menurunkan daya beli masyarakat.

3. Kritik terhadap kebijakan moneter. Al-Maqrizi mengkritik penggunaan mata uang tembaga (fulus) yang berlebihan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Ia menyarankan agar uang dicetak dalam jumlah minimal dan digunakan hanya jika diperlukan untuk mencegah inflasi yang tinggi.

Relevansinya dengan perekonomian modern

Pemikiran Al-Maqrizi dalam karyanya dapat dianggap sebagai dasar pemahaman ekonomi modern. Dibandingkan dengan pemikiran para ekonom Barat abad 19 dan 20, Al-Maqrizi membahas penyebab inflasi lebih mendalam, serupa dengan konsep inflasi biaya dan inflasi permintaan dalam perekonomian modern. Sementara para ekonom modern di Barat membagi inflasi berdasarkan faktor biaya dan permintaan, Al-Maqrizi membaginya menjadi dua penyebab utama: inflasi alami dan inflasi yang disebabkan oleh kesalahan manusia.

Inflasi alami, menurut Al-Maqrizi, terjadi akibat terganggunya penawaran agregat atau peningkatan permintaan agregat. Pandangan ini sangat sesuai dengan teori uang Irving Fisher yang menjelaskan inflasi sebagai perubahan jumlah barang dan jasa atau daya beli masyarakat. Contoh praktis di zaman modern adalah dampak embargo perdagangan atau peningkatan permintaan global terhadap barang-barang tertentu.

Selain itu, Al-Maqrizi menggambarkan human error sebagai akibat dari kebijakan yang salah seperti pencetakan uang yang tidak terkendali, korupsi, dan perpajakan yang berlebihan. Konsep ini sejalan dengan pandangan Milton Friedman bahwa inflasi merupakan fenomena moneter yang selalu diakibatkan oleh pertumbuhan uang yang berlebihan. Dalam konteks modern, Al-Maqrizi dapat dianggap sebagai cikal bakal konsep “seigniorage” atau keuntungan dari pencetakan uang berlebih, yang dalam perekonomian saat ini disebut pajak inflasi.

Sebuah warisan pemikiran

Pemikiran Al-Maqrizi menunjukkan bahwa ilmu ekonomi bukan hanya sekedar angka, namun politik yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Hal ini memberikan pelajaran penting bahwa kebijakan ekonomi harus diarahkan pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Warisan beliau terus menjadi sumber inspirasi baik dalam perekonomian Islam maupun dunia saat ini.

Al-Maqrizi menjadi bukti bahwa para intelektual Muslim abad pertengahan mampu memberikan kontribusi signifikan yang relevan dengan permasalahan perekonomian saat ini. Pemikirannya layak dijadikan acuan untuk memecahkan permasalahan perekonomian yang kompleks.

Halaman selanjutnya

3. Kritik terhadap kebijakan moneter. Al-Maqrizi mengkritik penggunaan mata uang tembaga (fulus) yang berlebihan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Ia menyarankan untuk mencetak uang dalam jumlah minimal untuk mencegah inflasi yang tinggi

Penafian: Artikel ini merupakan kiriman pengguna VIVA.co.id yang diposting di saluran VStory berdasarkan User Generated Content (UGC). Segala isi tulisan dan isi didalamnya adalah tanggung jawab penulis atau pengguna.



Sumber