Senin, 2 Desember 2024 – 12:27 WIB
Jakarta – Di Pegunungan Jayawijaya Papua Tengah, ketebalan es terus berkurang drastis, berdasarkan pantauan rombongan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diperkirakan es yang tersisa hanya setebal empat meter.
Baca juga:
Jawa Tengah Selatan diprakirakan akan terjadi hujan lebat hari ini dan besok, BMKG mengingatkan
Koordinator Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana, Jakarta, Senin 2 Desember 2024, ketebalan es yang diperkirakan hanya empat meter itu diperoleh berdasarkan pengukuran pada tongkat ukur yang ditanam di pegunungan Puncak Sudirman. kata Jayawijaya
“14 orang terakhir ada di sana tumpukan Penemuan itu berarti ketebalan gletser diperkirakan hanya empat meter, ujarnya.
Baca juga:
4 Cara Ampuh Membersihkan Kulkas Tanpa Es, Wajib Dicoba!
Ketebalan es mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan pengukuran BMKG sebelumnya, yakni 32 meter pada tahun 2010, dan 5,6 meter pada pertengahan November 2015 – Mei 2016. “Hal ini disebabkan oleh El Nino kuat yang terjadi saat itu,” ujarnya. dikatakan.
Baca juga:
Berdasarkan prakiraan BMKG, hujan lebat disertai petir berpotensi terjadi di sejumlah wilayah
Selain itu, ia menjelaskan, hasil survei yang dilakukan pada November 2024 menunjukkan penurunan permukaan es yang sangat tajam di Puncak Sudirman. Luas gletser berkurang 0,11 – 0,16 kilometer persegi dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2022, luas esnya adalah 0,23 kilometer persegi.
Ketebalan es dan dinamika cuaca menjadi tantangan bagi tim peneliti gabungan BMKG dan PT. Freeport Indonesia sedang melakukan pengukuran es di puncak tertinggi ketujuh di dunia.
Sebelumnya, dalam survei yang dimulai secara sungguh-sungguh pada tahun 2010, tim dapat melakukan pengukuran secara bebas melalui pengamatan helikopter atau terbang dan mendarat di permukaan es, namun sejak tahun 2017, mereka mengandalkan analisis dan pengamatan gambar visual. adanya patok untuk mengukur ketebalan es.
“Tetapi penelitian ini akan kami lanjutkan untuk mendokumentasikan es di Papua yang saat ini sudah berada pada tahap sulit untuk dipertahankan,” ujarnya.
BMKG menilai mencairnya es di pegunungan Jayawijaya merupakan bukti nyata terjadinya perubahan iklim yang kini membuat bumi semakin panas.
Berdasarkan data bidang informasi gas rumah kaca BMKG, diketahui kenaikan suhu global saat ini semakin cepat dan berada 1,45 derajat di atas suhu rata-rata pra-industri. Di Indonesia, suhu rata-rata naik 0,15 derajat setiap 10 tahun.
Albert C. Nahas, Koordinator Subsektor Informasi Gas Rumah Kaca BMKG, mengatakan laju pertumbuhan tersebut terdapat di Kalimantan, Sumatera Bagian Selatan, Jakarta dan sekitarnya, Sumatera Bagian Utara, kemudian dataran tinggi Papua dan juga sebagian kecil Sulawesi.
Ia mengatakan jika melihat sejarah suhu ini dan memproyeksikannya ke masa depan dengan disederhanakan 0,15 derajat dalam 10 tahun, maka Indonesia sudah melampaui ambang batas 1,5 derajat yang umum terjadi pada pertengahan abad ke-21. digunakan sebagai ambang batas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. (semut)
Halaman selanjutnya
Sebelumnya, dalam survei yang dimulai secara sungguh-sungguh pada tahun 2010, tim dapat melakukan pengukuran secara bebas melalui pengamatan helikopter atau terbang dan mendarat di permukaan es, namun sejak tahun 2017, mereka mengandalkan analisis dan pengamatan gambar visual. adanya patok untuk mengukur ketebalan es.