Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia masih terkendali karena kurangnya guru yang berkualitas

Selasa, 3 Desember 2024 – 23:48 WIB

Jakarta – Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Indonesia telah berupaya meningkatkan bahasa Inggris di kalangan pelajar dan masyarakat. Namun strategi yang diterapkan masih menuai berbagai kritik.

Baca juga:

Mendikbud meminta masyarakat menerima penyandang disabilitas tanpa diskriminasi

Banyak yang berpendapat bahwa pendekatan yang ada saat ini belum cukup efektif untuk menghasilkan siswa yang benar-benar mahir berbahasa Inggris. Jadi apa saja tantangannya?

Permasalahan utamanya adalah kurangnya guru yang berkualitas. Meskipun kurikulum telah tersedia, namun banyak guru yang belum menguasai metode pengajaran yang tepat. Hal ini mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima siswa. Selain itu, kurangnya infrastruktur dan peralatan menghambat pembelajaran interaktif.

Baca juga:

Di luar batas? Kisah inspiratif dari 3 pemimpin yang mengubah lanskap pendidikan

Pengajaran bahasa Inggris sering kali berfokus pada teori dan tata bahasa, meskipun keterampilan berbicara dan mendengarkan lebih dibutuhkan. Sekolah harus menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata. Pembelajaran berdasarkan konteks sehari-hari lebih efektif.

Baca juga:

Propam Polda Jateng akan menggelar Sidang Etik Robig di Aip besok

Meskipun pemerintah telah berupaya memasukkan bahasa Inggris ke dalam kurikulum sekolah sejak dini, masih terdapat kesenjangan dalam pemahaman dan penerimaan bahasa Inggris sebagai keterampilan inti. Hal ini tercermin dari hasil laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024 yang menyoroti tantangan pengajaran bahasa Inggris di Indonesia.

Hasil laporan menunjukkan posisi Indonesia dalam indeks global mengalami penurunan, yakni berada di peringkat 80 dari 116 negara, dengan skor 468 dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini menunjukkan adanya tantangan serius dalam mempersiapkan generasi muda untuk bersaing secara global dalam lingkungan yang sangat kompetitif dengan negara-negara Asia lainnya.

Laporan EF EPI 2024 menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kecakapan bahasa Inggris tertinggi, yaitu 494. Hal ini menunjukkan adanya efek positif dari memulai bahasa Inggris sejak dini. Pada saat yang sama, kelompok usia 30+ harus terus meningkatkan keterampilan mereka agar tetap relevan di era digital.

Secara global, 60 persen negara mengalami penurunan skor, dengan Asia mencatat penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir. Meski Indonesia tidak sedrastis negara-negara Asia lainnya, tren ini tetap menjadi peringatan untuk meningkatkan pendidikan bahasa Inggris.

“Laporan ini merupakan inisiatif EF untuk memberikan tolok ukur yang berguna bagi pembuat kebijakan, penyelenggara pekerjaan, guru, dan pihak terkait lainnya untuk mempromosikan kesetaraan dan meningkatkan kecakapan bahasa Inggris di negara mereka,” kata Fanno Hendriavan, direktur operasional EF EFEKTA English for Adults bo perusahaan tersebut. keterangannya diberikan pada Selasa, 3 Desember 2024.

Direktur Pemasaran EF EFEKTA Stephanie Jakop berharap bersama EF EFEKTA dan EF Homestay Abroad, semakin banyak masyarakat Indonesia yang meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya.

“Program tinggal di rumah memberikan pengalaman belajar yang mendalam, sementara EF EFEKTA menawarkan solusi dalam negeri yang fleksibel,” ujarnya.

EF Education First menawarkan pelajaran privat dan kelompok 24 jam secara online dan tatap muka dengan fleksibilitas untuk siswa dewasa dan profesional melalui program EF EFEKTA English for Adults dan EF Homestay Abroad.

Halaman berikutnya

Laporan EF EPI 2024 menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kecakapan bahasa Inggris tertinggi, yaitu 494. Hal ini menunjukkan adanya efek positif dari memulai bahasa Inggris sejak dini. Pada saat yang sama, kelompok usia 30+ harus terus meningkatkan keterampilan mereka agar tetap relevan di era digital.

Halaman berikutnya



Sumber