Jumat, 6 Desember 2024 – 05:40 WIB
Jakarta — Kualitas udara di Jakarta akhir-akhir ini menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan. Hal ini terlihat dari beberapa postingan di media sosial yang memperlihatkan cerahnya langit Jakarta dan jelasnya pemandangan Gunung Gede Pangrango di kejauhan.
Baca juga:
BMKG memperingatkan banjir besar akan terulang kembali di Jabodetabek pada tahun 2020
Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk para ahli meteorologi dan pemerhati lingkungan.
Guswanto, Wakil Ahli Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengatakan peningkatan kualitas udara salah satunya disebabkan datangnya musim hujan. Hujan berperan besar dalam membersihkan udara dari polusi.
Baca juga:
Peristiwa angin kencang melanda Jakarta, BMKG mengungkap pemicunya
“Saat hujan, salah satu sumber pencemaran seperti kendaraan bermotor berkurang. Kendaraan tidak akan banyak berjalan sehingga emisi akan berkurang, kata Guswanto dalam keterangannya, Kamis, 5 Desember.
Ia juga menjelaskan bahwa hujan membantu mencuci udara. Partikel polutan dan gas yang mencemari atmosfer jatuh ke permukaan bumi bersama tetesan air hujan. Dengan demikian, intensitas curah hujan yang tinggi membantu mengurangi konsentrasi polutan di udara.
Baca juga:
Waspadai air pasang, ASDP mengimbau masyarakat jadwalkan penyeberangan Merak-Bakauheni
Selain hujan, pergerakan angin juga memegang peranan penting. Menurut Guswanto, angin saat ini lebih aktif sehingga membantu mengencerkan konsentrasi pencemaran udara, baik dalam bentuk partikel maupun gas.
Partikel polutan disebarkan oleh angin ke wilayah yang lebih luas sehingga mengurangi konsentrasi pencemaran di suatu lokasi tertentu.
Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sarjoko mengatakan, berdasarkan data pengukuran, konsentrasi partikel halus PM2,5 udara dalam dua pekan terakhir berada di bawah batas baku mutu udara ambien (BMUA) <10 (setara kota) yang ditetapkan. dengan udara terbersih di dunia).
Hal ini menunjukkan kualitas udara semakin membaik, Jakarta setara dengan beberapa kota di negara maju yang udaranya bersih seperti Vancouver, Melbourne, Sydney, Helsinki, Birmingham dan lain-lain.
“Keadaan ini kemungkinan besar terjadi karena kita sudah memasuki musim hujan. “Hujan dengan intensitas tinggi berperan besar dalam mengurangi jumlah polutan di udara,” jelas Sarjoko.
Ia juga mencatat curah hujan sangat tinggi, terutama di wilayah seperti Jagakarsa dan Lubang Buaya. Selain itu, kecepatan angin meningkat di beberapa wilayah dalam beberapa hari terakhir. Kombinasi antara hujan lebat dan angin kencang mempercepat proses pengendapan, atau mengurangi partikel polutan ke dalam tanah.
Selama dua minggu terakhir, data menunjukkan peningkatan curah hujan dan kecepatan angin yang signifikan. Hal ini berdampak langsung pada proses pembersihan atmosfer dari partikel halus seperti PM2.5 yang biasanya menjadi salah satu indikator utama pencemaran udara.
“Dengan semakin banyaknya curah hujan dan kecepatan angin yang semakin tinggi, polutan yang ada di udara, terutama partikel, dapat terurai lebih cepat. “Ini akan sangat membantu meningkatkan kualitas udara Jakarta,” tambah Sarjoko.
Angka tersebut menempatkan Jakarta di antara beberapa kota di negara maju dengan udara terbersih, seperti Vancouver, Melbourne, Sydney, Helsinki, Birmingham dan lain-lain.
Meski perbaikan kualitas udara telah membawa udara bersih bagi masyarakat Jakarta, namun pemerintah dan masyarakat tetap diingatkan untuk tidak bergantung sepenuhnya pada faktor alam.
Langkah-langkah strategis seperti penurunan emisi kendaraan, penambahan ruang terbuka hijau, dan pengendalian sumber pencemaran lainnya harus terus dilakukan untuk menjaga kualitas udara dalam jangka panjang.
Melalui peristiwa ini, Jakarta menunjukkan bahwa udara bersih bukanlah hal yang mustahil, apalagi dengan dukungan alam dan upaya kolektif semua pihak.
Halaman selanjutnya
Partikel polutan disebarkan oleh angin ke wilayah yang lebih luas sehingga mengurangi konsentrasi pencemaran di suatu lokasi tertentu.