Kamis, 5 Desember 2024 – 17.00 WIB
Jakarta – Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyikapi konflik yang sedang berlangsung di Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina, menyerukan seluruh elemen masyarakat untuk waspada terhadap ancaman perang.
Baca juga:
Usai Rapat dengan Prabowo, DPR: PPN Naik 12% Hanya untuk Barang Mewah
Ia juga mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mensyukuri perdamaian dan keamanan bangsa yang masih terjaga hingga saat ini.
“Apa yang kita saksikan hari ini, keadaan dunia mengajarkan kita untuk waspada dan bersyukur. Hari ini patut kita syukuri negara kita tidak dibom, Masjid Istiqlal masih berdiri, Universitas Muhammadiyah tetap utuh, dan bahwa pabriknya dirusak. Tidak,” ujarnya, Rabu, 4 Desember, di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga:
DPR bertemu dengan Prabowo di Istana dan membahas kenaikan PPN sebesar 12% yang bersifat opsional
Prabowo menyatakan keprihatinannya terhadap situasi di Gaza, di mana ribuan anak kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel. Ia juga menyinggung penderitaan warga Lebanon yang menjadi pengungsi akibat agresi Zionis.
Baca juga:
Dasko mengatakan, DPRK meminta Prabowo menilai kinerja Gus Miftah sebagai duta besar presiden.
Lihatlah apa yang terjadi di hampir setiap negara, terutama negara-negara Muslim. Lihatlah Gaza, anak-anak tak berdosa. Menurut laporan terbaru, 5.000 anak di bawah usia satu tahun telah terbunuh, terkubur di bawah reruntuhan. apalagi anak-anak yang lebih tua, orang tua dan ibu-ibu mengungsi dan kehilangan rumah mereka di Lebanon,” jelas kepala negara.
Selain konflik Israel-Palestina, Prabowo fokus pada perang antara Rusia dan Ukraina. Ia mencatat, konflik di Eropa menyebabkan kenaikan harga pangan dalam skala global.
“Ukraina letaknya jauh, namun perang di sana telah menyebabkan harga pangan meningkat di seluruh dunia. Gaza mungkin jauh, namun mereka adalah saudara kita,” ujarnya.
Presiden Prabowo mengimbau seluruh warga negara untuk waspada terhadap bahaya perang dan memperingatkan agar tidak berpuas diri di masa damai.
Ia mencontohkan, Indonesia sebagai negara kaya secara historis pernah menjadi sasaran kolonialisme negara-negara Eropa.
“Maksud saya apa? Jangan anggap remeh perdamaian, atau menganggap kita tidak menghadapi ancaman. Mengapa kita harus waspada? Karena kita kaya. Yang berangkat ke Belanda adalah Belanda, bukan kita. Ada Portugis, Spanyol, Prancis, dan Inggris juga. “Mereka datang dari masa lalu hingga saat ini,” katanya.
Halaman selanjutnya
“Ukraina letaknya jauh, namun perang di sana telah menyebabkan harga pangan meningkat di seluruh dunia. Gaza mungkin jauh, namun mereka adalah saudara kita,” katanya.