Jumat, 6 Desember 2024 – 18.10 WIB
Jakarta – Presiden Indonesia Prabowo Subianto ingin mengurangi penggunaan batu bara pada tahun 2040. Keinginan tersebut realistis dalam menghadapi tantangan transisi energi dunia.
Baca juga:
Prabowo meminta Sri Mulyani mengatur PPN 12 persen terhadap barang yang belum dibayar
Pengamat Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menganalisis keinginan Prabowo menggunakan batu bara sebagai langkah positif. Salah satunya, menurutnya, adalah ketergantungan jaringan listrik terhadap batu bara.
“Saya melihat ini sebagai langkah positif. “Indonesia memang menghadapi tantangan besar dalam melakukan transisi energi, apalagi dua pertiga listrik negara masih bergantung pada batu bara,” kata Fahmi, Jumat, 6 Desember 2024.
Baca juga:
Diplomasi yang dilakukan oleh Prabowo akan tetap menjaga hubungan konstruktif tanpa menghiraukan kedaulatan RI di Laut Cina Selatan.
Fahmy mengatakan komitmen pengurangan ketergantungan ini merupakan langkah penting dan realistis untuk masa depan.
Baca juga:
Menko Yusril: Prabowo ingin tahanan Bali Nine dikembalikan ke Australia sebelum Natal
Menurutnya, tak mungkin Prabowo menjanjikan perubahan drastis dalam waktu singkat. Namun, visi jangka panjang Prabowo menyangkut masalah perubahan iklim global.
“Kritik bahwa hal ini sulit dicapai jangan dijadikan kelemahan, tapi tantangan besar,” lanjut Fahmy.
“Dalam lingkungan global dimana perubahan iklim menjadi prioritas,” kata Fahmy.
Ia juga menambahkan, selama ini Indonesia sangat bergantung pada batu bara untuk memenuhi kebutuhan listriknya. Namun, pengumuman Prabowo untuk mengurangi penggunaan batu bara pada tahun 2040 merupakan langkah realistis untuk menghadapi tantangan transisi energi.
Hal itu dikatakannya karena Prabowo mengakui transisi membutuhkan waktu dan perencanaan yang matang. Harapannya, Indonesia bisa menjaga stabilitas energi tanpa merugikan sektor kritikal lainnya.
Halaman berikutnya
“Dalam lingkungan global dimana perubahan iklim menjadi prioritas,” kata Fahmy.