Penyakit

Sabtu, 7 Desember 2024 – 16:34 WIB

Kongo, VIVA – Republik Demokratik Kongo telah menghadapi wabah penyakit menular yang belum terdiagnosis yang dikenal sebagai Penyakit X sejak Oktober 2024. Penyakit ini telah menginfeksi ratusan orang dan merenggut sedikitnya 79 nyawa. Sejauh ini, pejabat kesehatan berusaha mencari penyebabnya dalam beberapa hari mendatang.

Baca juga:

Berikut 9 manfaat luar biasa air rebusan kunyit yang tak hanya menyehatkan

Menurut direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika. Jean Kaseya, dari total 376 kasus yang dilaporkan, hampir 200 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Sebagian besar korban tewas berusia antara 15 dan 18 tahun. Wabah ini teridentifikasi di Provinsi Kwango, tepatnya Zona Kesehatan Panzi. Gejala awalnya berupa demam, sakit kepala, batuk, dan kesulitan bernapas. Peringatan nasional dikeluarkan pada tanggal 1 Desember, beberapa minggu setelah kasus pertama terdeteksi. Gulir untuk mempelajari lebih lanjut!

Dieudonne Mwamba, direktur jenderal Institut Kesehatan Nasional, menduga penyakit ini menular melalui udara. Sampel pasien dikirim ke laboratorium nasional di Kinshasa, 500 kilometer dari lokasi wabah. Hasil tes diharapkan keluar dalam 48 jam ke depan, dan pejabat kesehatan berharap bisa merilisnya pada akhir minggu ini.

Baca juga:

Bingung mengatur pola makan bagi penderita asam urat? 3 sayuran ini bisa jadi pilihan tepat!

Kementerian Kesehatan Kongo mengatakan asal muasal penyakit ini masih menjadi misteri.

“Kami berada dalam kewaspadaan maksimal, kami yakin ini adalah tingkat epidemi yang perlu kami pantau,” kata Menteri Kesehatan Samuel Roger Kamba, dilansir Times of India, 7 Desember 2024.

Baca juga:

5 Tips Tingkatkan Imun Tubuh di Masa Transisi, Dokter Ingatkan

Foto seorang pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.

Pemerintah mengimbau masyarakat untuk rutin mencuci tangan, menghindari pertemuan besar, dan menghindari menyentuh badan tanpa pengawasan petugas medis yang berwenang.

Munculnya penyakit X berbarengan dengan peningkatan kasus influenza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai patogen baru yang berpotensi menyebar secara global. Situasi ini mengingatkan kita pada pandemi COVID-19 yang sebelumnya memaksa banyak negara menutup perbatasan dan menunda berbagai aktivitas ekonomi dan sosial.

Pada awal tahun 2024, kasus cacar air jenis baru mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakannya sebagai darurat kesehatan masyarakat. Namun penyebaran virus di luar Afrika masih bersifat sporadis.

Seorang pejabat WHO wilayah Afrika mengatakan mereka telah mengirim tim ke lokasi wabah untuk mengumpulkan sampel dan melakukan tes laboratorium. CDC Amerika Serikat, yang berkantor di Kongo, juga terlibat dalam memberikan bantuan teknis kepada tim tanggap cepat setempat.

Jean Kaseya menemukan bahwa CDC Afrika membantu Kongo melalui ahli epidemiologi, ilmuwan laboratorium, dan ahli pencegahan dan pengendalian infeksi.

“Kami mendukung pembentukan kapasitas yang kuat di bidang pengawasan negara,” ujarnya.

Tim darurat telah dikirim ke provinsi Kwango untuk menangani keadaan darurat dan menyelidiki penyebab penyakit tersebut. Pemerintah meminta masyarakat tetap tenang, tetap waspada dan mengikuti aturan kesehatan seperti mencuci tangan dan menghindari kontak langsung dengan jenazah tanpa kehadiran tenaga medis.

Masyarakat lokal menghadapi berbagai tantangan dalam upaya mereka. Claude Nyongo, warga Panzi, mengatakan istri dan putrinya yang berusia tujuh tahun meninggal karena penyakit tersebut.

“Kami tidak tahu kenapa, tapi yang saya lihat adalah demam tinggi, muntah-muntah…dan kemudian kematian,” katanya.

Pemimpin masyarakat sipil Symphorien Manzanza mencatat bahwa obat-obatan terbatas di daerah pedesaan seperti Panzi.

“Panzi itu zona kesehatan pedesaan, jadi ada kendala dalam penyediaan obat-obatan,” jelasnya.

Lucien Lufutu, presiden Sistem Konsultasi Masyarakat Sipil Provinsi Kwangju, menemukan bahwa fasilitas kesehatan di Panzi tidak memadai untuk melawan epidemi.

“Ada kekurangan obat-obatan dan perbekalan kesehatan karena penyakit ini tidak diketahui dan sebagian besar penduduk berobat oleh praktisi tradisional,” katanya. Ia juga melaporkan bahwa penyakit tersebut telah menyebar ke wilayah kesehatan lain termasuk Katenda.

Mewabahnya penyakit X di Kongo merupakan pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman kesehatan global. Dengan tindakan cepat dan dukungan internasional, wabah ini diharapkan dapat segera teratasi sebelum berdampak lebih luas.

Halaman berikutnya

Munculnya penyakit X berbarengan dengan peningkatan kasus influenza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai patogen baru yang berpotensi menyebar secara global. Situasi ini mengingatkan kita pada pandemi COVID-19 yang sebelumnya memaksa banyak negara menutup perbatasan dan menunda berbagai aktivitas ekonomi dan sosial.

Halaman berikutnya



Sumber