Pelajari tentang 4 penyebab utama epilepsi dan pengobatan untuk mencegahnya

Selasa, 17 Desember 2024 – 15:38 WIB

Lombok, LANGSUNG – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan epilepsi merupakan salah satu penyakit yang dinilai sangat berbahaya bagi kesehatan.

Baca juga:

Mengungkap fakta seputar epilepsi, ada cara modern untuk mengobatinya

Penyakit ini ditandai dengan kejang berulang yang disebabkan oleh pelepasan impuls listrik abnormal di otak yang disebut epilepsi.

Kantor IDI Praya Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia kembali melakukan penelitian terhadap penyakit epilepsi yang kerap menyerang dan mengganggu kesehatan masyarakat. Beberapa metode dan rekomendasi untuk pengobatan khusus pasien.

Baca juga:

Situasi 2 anak yang dianiaya ibu tirinya di Cilincing sangat memprihatinkan

Gambar anemia, putus asa, pusing

Lalu apa saja penyebab epilepsi?

Baca juga:

Inisiatif IDI dan BKKBN, Peran Ujung Tombak Ibu dalam Perang Melawan Prolaps Serviks

Mengutip laman resmi IDI Paraya pada Selasa 17 Desember 2024, epilepsi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain genetik, trauma kepala, infeksi otak, gangguan sistem imun, gangguan tumbuh kembang anak, gangguan metabolisme, dan pembuluh darah pada anak. otak.

Penyebab epilepsi antara lain:

1. Faktor genetik atau riwayat keluarga

Faktor utama yang mempengaruhi berkembangnya epilepsi adalah riwayat keluarga atau keturunan. Faktor genetik mungkin juga berperan. Risiko terkena epilepsi dapat meningkat karena mutasi gen yang diwarisi dari orang tua, terutama jika ada riwayat keluarga dengan epilepsi.

2. Ada luka di kepala

Trauma fisik pada kepala, seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, dapat menyebabkan kerusakan otak yang berujung pada kejang. Cedera kepala menyumbang 15% dan 35% kasus epilepsi pada orang dewasa dan anak-anak.

Gambaran stres/sakit kepala/pusing.

Gambaran stres/sakit kepala/pusing.

3. Terjadi infeksi pada otak

Selain faktor keturunan atau genetik. Infeksi otak seperti meningitis atau herpes simpleks ensefalitis dapat menyebabkan kejang dan meningkatkan risiko epilepsi yang dapat berujung pada epilepsi.

4. Adanya gangguan perkembangan

Gangguan perkembangan atau masalah perkembangan yang mempengaruhi otak, misalnya kelumpuhan serebraldapat meningkatkan risiko epilepsi. Untuk mendiagnosis dan mengobati epilepsi secara efektif, penting untuk mengetahui penyebabnya. Banyak kasus yang penyebabnya tidak diketahui, namun faktor risiko lainnya masih dapat dikendalikan melalui pencegahan.

Obat apa yang dianjurkan untuk pengobatan epilepsi?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Praya mengatakan ada beberapa obat yang bisa meringankan gejala epilepsi. Beberapa orang yang dapat mengkonsumsinya antara lain:

1. Obat Tegretol

Tegretol mencegah dan mengendalikan serangan epilepsi dengan menghentikan aktivitas listrik abnormal di otak. Dosis umumnya adalah satu tablet dua kali sehari. Anda bisa meningkatkan dosis menjadi dua tablet dua hingga tiga kali sehari.

Gambar: Anda dapat membeli layanan apotek melalui telepon.

Gambar: Anda dapat membeli layanan apotek melalui telepon.

2. Obat asam valproat

Asam valproat adalah obat yang digunakan untuk mengobati kejang yang disebabkan oleh epilepsi dan gangguan bipolar. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat antikonvulsan lainnya. Anda harus mendapatkan resep obat ini dari dokter Anda.

3. Obat Topiramate (Topamax).

Obat ini berguna untuk mengatasi kejang pada orang dewasa dan anak di atas 2 tahun. Dosis awal terdiri dari setengah tablet setiap malam, dosis ditingkatkan setelah istirahat.

Obat-obatan ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter dan memerlukan pemantauan berkala untuk menyesuaikan dosis dan mengendalikan efek samping. Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami efek samping yang serius atau jika kejang Anda tidak terkontrol.

Gambar perawatan kecantikan

Mengenal derma roller dan pentingnya memilih ahli kecantikan yang berkualitas

Menurut dr Adib, masyarakat seringkali tergoda untuk mencari layanan kesehatan dari petugas kesehatan yang viral di media sosial tanpa memiliki kualifikasi dan sertifikasi.

img_title

VIVA.co.id

16 Desember 2024



Sumber