INDEF: Ekosistem hilir tembaga di Indonesia menunjukkan perkembangan positif dan mempunyai kepentingan strategis

Kamis, 19 Desember 2024 – 13:27 WIB

VIVA – Institute for Economic Development and Finance (INDEF) mengidentifikasi perkembangan positif pembentukan ekosistem hilir tembaga di Indonesia melalui penelitian terbarunya. Temuan tersebut diumumkan oleh Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti pada presentasi temuan penelitian di Jakarta hari ini.

Baca juga:

Pemerintah akan memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen, The Economist mengingatkan

“Indonesia memiliki posisi strategis dalam peta tembaga global, memiliki sekitar 3 persen cadangan tembaga dunia. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat 10 cadangan tembaga terbesar di dunia dan produsen tembaga terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya. Ester.

Berdasarkan riset INDEF, momentum tersebut diperkuat oleh tren global menuju transisi hijau yang membuka peluang besar bagi Indonesia. Konsumsi tembaga global diproyeksikan akan terus tumbuh hingga tahun 2035, dengan rata-rata peningkatan sebesar 14% sejak tahun 2016, terutama didorong oleh perkembangan industri kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan.

Baca juga:

Para ekonom memperingatkan kenaikan PPN sebesar 12 persen akan menurunkan daya beli masyarakat.

“Hilirisasi tembaga mempunyai kepentingan strategis yang besar. Peningkatan nilai tambah dari hulu ke hilir sangat signifikan, mulai dari pengolahan bijih tembaga hingga dua kali lipat konsentratnya, hingga produk akhir berupa kabel listrik senilai 71,” jelas Esther .

Dari sisi ekonomi, perkembangan industri tembaga dapat memberikan dampak yang signifikan, dengan nilai ekspor sebesar 282 juta USD, lapangan kerja baru (253,583 lapangan kerja) berkontribusi terhadap PDB sebesar 34,9 juta USD.

Baca juga:

Melihat detail kinerja keuangan Grup MIND ID triwulan III tahun 2024, menjadi landasan untuk melakukan hilirisasi.

Ridwan Jamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, menegaskan hilirisasi tembaga harus bermanfaat bagi negara. Menurut dia, hal tersebut merupakan amanat Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batubara Nomor 3 Tahun 2020.

“Kami ingin proses nilai tambah jangka panjang ini memberikan dampak sebesar-besarnya kepada negara, meningkatkan pendapatan pemerintah, menciptakan lapangan kerja, dan membangun kemandirian (energi),” ujarnya.

Selain itu, INDEF menegaskan pembentukan ekosistem merupakan aspek krusial dalam pengembangan industri hilir tembaga.

“Tanpa ekosistem yang terintegrasi, sulit untuk mendorong hilirisasi karena memerlukan keterhubungan yang kuat antar sektor,” kata Ester.

Riset INDEF menunjukkan ekosistem hilir tembaga di Indonesia mulai terbentuk, terutama pasca pemberlakuan undang-undang pertambangan. Hal ini terlihat dari terbentuknya rantai nilai yang mencakup berbagai pemain kunci, mulai dari produsen hulu hingga hilir, termasuk industri kabel listrik.

“Melalui kebijakan yang tepat, peran negara terbukti sangat penting dalam membentuk ekosistem hilir. Hal ini membuktikan pentingnya pembangunan yang dipimpin negara dalam mentransformasi industri. Kebijakan pemerintah telah berevolusi dari menciptakan kerangka hukum hingga memperkuat industri yang terintegrasi. ekosistem, fokus pada keberlanjutan dan inovasi teknologi,” ujarnya. Esther.

Diketahui, salah satu langkah strategis yang dilakukan pemerintah melalui PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah membangun smelter baru di Gresik, Jawa Timur. Diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 September 2024, smelter ini merupakan kilang tembaga single line terbesar di dunia yang mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 600.000 ton katoda tembaga.

Investasi sebesar Rp58 triliun dalam pembangunan smelter ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas pengolahan tembaga nasional, tetapi juga membuka peluang tumbuhnya industrialisasi di Indonesia, khususnya di kawasan Gresik, Jawa Timur. Pengoperasian smelter ini diperkirakan mempekerjakan sekitar 2.000 pekerja yang terdiri dari 1.200 pekerja kontrak dan 800 pekerja PTFI.

Halaman berikutnya

Selain itu, INDEF menegaskan pembentukan ekosistem merupakan aspek krusial dalam pengembangan industri hilir tembaga.



Sumber