Jumat, 20 Desember 2024 – 11:08 WIB
Jakarta – Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) mengapresiasi keputusan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi 97 persen pelanggan rumah tangga PLN pada Januari dan Februari 2025.
Baca juga:
Rupee yang tertekan justru menguat hingga Rp 16.309 per dolar AS
Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI, mengatakan kebijakan ini merupakan langkah yang sangat tepat dalam mendukung daya beli masyarakat. Khususnya bagi pelanggan rumah tangga berdaya rendah.
“Diskon listrik akan memberikan dukungan finansial yang signifikan. “Hal ini memungkinkan keluarga berpenghasilan rendah dan mampu untuk mengalokasikan dananya untuk kebutuhan pokok atau produktif lainnya,” kata Tulus, Jumat, 20 Desember 2024.
Baca juga:
Bahlil memastikan pasokan bahan bakar dan listrik aman untuk Natal dan Tahun Baru
Dengan menghemat biaya listrik, Tulus mengatakan masyarakat bisa lebih fokus memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan dan kesehatan. Namun, Tulus juga mengingatkan agar masyarakat tidak memanfaatkan insentif yang diterima untuk hal-hal yang produktivitasnya rendah.
Baca juga:
Bahlil memastikan tarif listrik dan bahan bakar tidak terpengaruh PPN 12 persen
“Tentunya untuk memanfaatkan diskon ini secara maksimal, penghematan yang ada tidak boleh dihabiskan untuk hal-hal yang kurang produktif, seperti rokok atau minuman ringan,” ujarnya.
“Diskon ini akan memberikan dampak positif jangka panjang terhadap perekonomian rumah tangga. “Daya beli masyarakat pasti meningkat,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, ketika daya beli tinggi, masyarakat mampu meningkatkan konsumsi barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok. Hal ini akan merangsang pertumbuhan sektor-sektor penting seperti pangan, sandang dan kesehatan.
Selain itu, meningkatkan daya beli untuk membangkitkan perekonomian khususnya bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang merupakan penopang penting perekonomian Indonesia.
“UKM yang merasakan dampak positif dari peningkatan konsumsi ini akan mengalami peningkatan permintaan yang berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal,” kata Tulus.
Tak hanya itu, masyarakat dengan daya beli lebih tinggi juga bisa lebih fokus pada peningkatan kualitas hidup, seperti pendidikan dan kesehatan. Hal ini tentu akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan jangka panjang.
“Tentunya dengan dampak positif yang stabil terhadap perekonomian nasional,” tutupnya.
Halaman selanjutnya
Selain itu, kata dia, ketika daya beli tinggi, masyarakat mampu meningkatkan konsumsi barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok. Hal ini akan merangsang pertumbuhan sektor-sektor penting seperti pangan, sandang dan kesehatan.