Minggu, 22 Desember 2024 – 01:43 WIB
VIVA – Menurut pengamat sepak bola Kesit B Handoyo, pelatih Shin Tae-yong gagal menjadikan timnas muda sebagai lawan tangguh di Piala AFF 2024.
Baca juga:
Shin Tae Yong disebut-sebut menggali kuburnya sendiri setelah Indonesia gagal lolos ke Piala AFF 2024.
Indonesia kalah 1-0 dari Filipina pada final Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan, Solo, Sabtu, 21 Desember 2024.
Hasil tersebut membuat Timnas Indonesia hanya mampu finis di peringkat ketiga dan gagal melaju ke babak semifinal. Pada saat yang sama, Filipina menempati posisi kedua, menemani Vietnam di peringkat pertama tabel turnamen.
Baca juga:
Pengakuan Jujur Shin Tae Yong Usai Kegagalan Indonesia di Piala AFF 2024
Kesit Handoyo mengatakan kekalahan dari Filipina memperkuat kesan bahwa kualitas Shin Tae Yong relatif biasa-biasa saja tanpa pemain diaspora.
“Ini bukan untuk membeda-bedakan, tapi terlihat ketika strategi dan taktik tidak berjalan tanpa dukungan kualitas pemain, maka kualitas pelatih akan terlihat. Tanpa pemain diaspora yang didatangkan PSSI, STY nampaknya akan kalah. tidak bisa berbuat apa-apa”, ujarnya.
Baca juga:
Pengamat: Pemain Timnas Indonesia tidak boleh dihina, Shin Tae Yong harusnya bertanggung jawab
Pada babak pertama, pertandingan antara Indonesia dan Filipina berlangsung sangat sengit. Intensitas permainan yang tinggi membuat beberapa pelanggaran tidak bisa dihindari.
Total ada 16 pelanggaran yang dilakukan di babak pertama dengan 4 kartu kuning dan satu kartu merah. Muhammad Ferrari menjadi sorotan saat menyikut pemain Filipina di kotak penalti Azkals.
Bermain dengan 10 pemain, Indonesia menyerang sejak awal babak kedua. Namun Indonesia kebobolan lewat tendangan bebas Christensen, kemudian tembakan Tabinas membentur tangan Doni Tri Pamungkas di dalam kotak penalti. 0:1 ke Filipina.
Pemain Indonesia berusaha membalas gol tersebut. Namun, hingga peluit akhir dibunyikan, skor kemenangan Filipina tetap tidak berubah, 0:1.
Memang timnas di Piala AFF 2024 relatif muda, sebagian besar berusia di bawah 22 tahun. Namun sejak pertandingan pertama melawan Myanmar, lalu Laos, Vietnam, dan Filipina, permainan mereka belum berkembang, kata Kesit.
“STY kesulitan jika hanya mengandalkan pemain lokal yang jam terbangnya sedikit, berbeda dengan pemain timnas yang didominasi pemain diaspora,” ujarnya.
Halaman berikutnya
Bermain dengan 10 pemain, Indonesia menyerang sejak awal babak kedua. Namun Indonesia kebobolan lewat tendangan bebas Christensen, kemudian tembakan Tabinas membentur tangan Doni Tri Pamungkas di dalam kotak penalti. 0:1 ke Filipina.