IDI Kabupaten Jepara memberikan informasi mengenai pengobatan ADHD pada anak

Minggu, 22 Desember 2024 – 17:39 WIB

VIVA – Menurut informasi idikabjepara.orgAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perilaku hiperaktif dan impulsif sehingga menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi. Biasanya kondisi kronis ini terjadi pada anak-anak. Di Indonesia, prevalensi ADHD pada anak sekolah sebesar 15% yaitu 1 dari 20 anak.

Baca juga:

Setelah Edward Akbar melarang alat kontrasepsi, Kimberly Ryder menyampaikan pesan tersebut kepada para wanita

IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi dokter di Indonesia. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kabupaten Jepara merupakan salah satu cabang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan berperan sebagai organisasi profesi dokter di Wilayah Jepara, Jawa Tengah. IDI Kabupaten Jepara bertugas mengkoordinasikan kegiatan dan program kesehatan di daerah.

IDI Kabupaten Jepara berperan aktif bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan program kesehatan masyarakat. Saat ini IDI Kabupaten Jepara memberikan edukasi mengenai gangguan kesehatan ADHD yang sering menyerang anak-anak khususnya. Memberikan informasi tentang penyebab utama ADHD dan pengobatan untuk meredakan gejala.

Baca juga:

Ketahuilah bahwa hernia inguinalis lebih sering terjadi pada anak laki-laki, tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan memerlukan pembedahan.

Apa saja faktor penyebab ADHD pada anak?

Dilaporkan dari halaman https://idikabjepara.orgGangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Di bawah ini adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap timbulnya ADHD, antara lain:

Baca juga:

IDI Kabupaten Grobogan memberikan cara mengobati cacar air yang tepat

1. Faktor genetik atau riwayat keluarga

ADHD biasanya diturunkan dalam keluarga. Jika salah satu anggota keluarga, seperti orang tua atau saudara kandung, menderita ADHD, anaknya mungkin juga mengalami kondisi yang sama. Menurut penelitian, gen yang diwarisi dari orang tua dapat berkontribusi terhadap perkembangan ADHD. Namun, mekanisme pewarisan genetik sangatlah kompleks dan belum sepenuhnya dipahami.

2. Kelainan struktur otak

Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan ADHD memiliki perbedaan struktur dan fungsi otak dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Beberapa area otak mungkin lebih kecil atau lebih besar, dan mungkin terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter yang berperan dalam mengatur perhatian dan perilaku.

3. Kebersihan lingkungan kurang baik

Paparan bahan kimia beracun seperti pestisida organofosfat dan timbal selama kehamilan atau masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko ADHD karena bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi perkembangan sistem saraf anak.

4. Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah

Anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi terkena ADHD. Kondisi ini dapat memengaruhi pertumbuhan otak dan fungsi saraf.

Obat apa yang dianjurkan untuk mengatasi ADHD pada anak?

IDI Kabupaten Jepara telah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan ADHD yang umum terjadi pada anak. Pengobatan yang direkomendasikan untuk pengobatan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD) pada anak-anak bervariasi berdasarkan kebutuhan individu dan respons terhadap pengobatan. Berikut adalah beberapa obat yang umum digunakan, termasuk:

1. Obat metilfenidat

Methylphenidate merupakan obat stimulan yang bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmitter dopamin dan norepinefrin di otak, membantu meningkatkan konsentrasi serta mengurangi perilaku impulsif dan hiperaktif.

2. Obat atomoxetine

Atomoxetine, obat non-stimulan, dapat digunakan untuk anak-anak yang tidak merespons stimulan atau yang mengalami efek samping yang signifikan. Ia bekerja dengan menghalangi pengambilan kembali norepinefrin dan meningkatkan kadar dopamin.

3. Obat klonidin

Obat agonis alfa ini terkadang digunakan untuk membantu mengatasi gejala ADHD, terutama jika ada masalah tidur atau perilaku impulsif.

4. Obat amitriptilin

Meskipun paling dikenal sebagai antidepresan, amitriptyline juga dapat digunakan untuk mengobati gejala ADHD dalam beberapa kasus, terutama jika ada gangguan mood.

Agar efektif dan meminimalkan efek samping, pengobatan ADHD harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi psikoedukasi untuk membantu anak-anak memahami dan mengelola gejala mereka juga penting dalam pengelolaan ADHD.

Halaman berikutnya

2. Kelainan struktur otak



Sumber