Senin, 23 Desember 2024 – 12:30 WIB
Bandung, VIVA – Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso buka suara terkait kenaikan harga lemak manusia atau MinyaKita menjelang Natal dan Tahun Baru 2025. Menurut Budi, harga MinyaKita pernah mencapai Rp 17.000 per liter. , kini perlahan mulai menurun.
Baca juga:
Cara Praktis Membersihkan Oli Bekas: Solusi Cerdas Pelayanan Ekonomis dan Ramah Lingkungan!
“Tadi saya cek dan satu dibandrol dengan harga Rp 15.700. “Sudah mulai normal,” kata Budi saat meninjau harga komoditas di Bandung Barat, Senin, 23 Desember 2024.
Budi menjelaskan, kenaikan harga sebelumnya disebabkan adanya kendala pasokan dan rantai distribusi yang sangat panjang.
Baca juga:
Harga Emas Hari Ini 21 Desember 2024: Produk Antam Bersinar
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementerian Perdagangan menggunakan sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok (SP2KP) yang memungkinkan pemantauan distribusi minyak dari pusat hingga daerah secara akurat.
Baca juga:
Zulhas umumkan bergabungnya 3 Menteri Prabowo ke PAN: Menteri KKP Waketum, Menteri Perdagangan – DPP Menteri Perhubungan
“Kami memiliki SP2KP untuk melacak sebaran ke daerah hingga nasional. “Jadi bisa dilihat mana yang akan menaikkan harga, sehingga bisa langsung dipastikan penyebabnya, misalnya dari sisi penawaran,” jelas Budi.
Meski harga menunjukkan tren penurunan, Kementerian Perdagangan bersama Pokja Pangan dan sejumlah kementerian/lembaga terkait akan terus berkoordinasi untuk memastikan harga MinyaKita tetap stabil di seluruh wilayah.
“Departemen dan Satgas Pangan terus memantau dan berkomunikasi setiap hari untuk memastikan distribusi berjalan lancar,” kata Budi.
Rusmin Amin, Direktur Jenderal Perlindungan Hak Konsumen dan Tertib Perdagangan Kementerian Perdagangan, mengungkapkan kenaikan harga MinyaKita terutama disebabkan oleh rantai distribusi yang sangat panjang. Hal ini meningkatkan biaya minyak goreng bagi konsumen.
“Kami melihat banyak berpindah tangan selama proses distribusi. Akibatnya, harga jual di tingkat konsumen tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 15.700 per liter,” jelas Rusmin.
Rusmin menambahkan, harga di tingkat distributor utama (D1 dan D2) masih sesuai HET. Namun, harga meningkat secara signifikan ketika melalui pengecer dan grosir. Banyak pengecer menjual minyak goreng ke pengecer atau pedagang grosir lain sebelum mencapai konsumen akhir.
“Dengan model distribusi ini, harga di konsumen akan lebih tinggi dibandingkan HET. Ini yang sedang kami kaji dan evaluasi,” tutupnya.
Kementerian Perdagangan akan terus mengevaluasi model distribusi MinyaKita untuk memastikan tidak ada kejanggalan yang dapat menyebabkan harga naik melebihi kewajaran. Pemerintah berkomitmen memastikan minyak goreng tersedia dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Halaman selanjutnya
“Departemen dan Satgas Pangan terus memantau dan berkomunikasi setiap hari untuk memastikan distribusi berjalan lancar,” kata Budi.