Selasa, 24 Desember 2024 – 13:56 WIB
Tokyo, VIVA- Dunia otomotif fokus pada merger antara Honda Motor dan Nissan, yang membuat saham Honda naik 3,8 persen dan saham Nissan naik 1,6 persen.
Baca juga:
Begini kondisi Toyota Innova setelah dipakai hingga 1 juta km
Dua raksasa otomotif Jepang sedang menjajaki merger yang dapat menciptakan produsen mobil terbesar ketiga di dunia.
Penggabungan tersebut dipandang sebagai respons terhadap persaingan revolusi kendaraan listrik (EV) global yang didominasi oleh pemain besar seperti Tesla dan BYD.
Baca juga:
Nissan dan Honda resmi bergabung
Honda dan Nissan berencana menggabungkan skala produksi untuk berinvestasi dalam pengembangan kendaraan listrik, komponen umum, dan perangkat lunak canggih untuk teknologi penggerak otonom.
Baca juga:
Inilah mobil yang paling banyak ditarik kembali pada tahun 2024
Dalam pernyataannya, kedua perusahaan mengonfirmasi telah menandatangani nota kesepahaman, di mana Mitsubishi Motors, anggota aliansi Nissan, juga menyatakan minatnya untuk bergabung dalam diskusi integrasi.
Menurut Presiden Honda Toshihiro Mibe, merger ini akan mengkonsolidasikan operasi di bawah perusahaan induk bersama yang dipimpin oleh Honda dan mempertahankan identitas merek masing-masing.
“Kami menyadari bahwa agar kedua belah pihak menjadi pemimpin dalam mentransformasikan mobilitas, diperlukan perubahan yang lebih berani dibandingkan kemitraan konvensional,” katanya. mobil VIVA dari Minggu BeritaSelasa 24 Desember 2024.
Jika berhasil, merger ini akan menghasilkan sekitar 8 juta kendaraan per tahun, berada di urutan ketiga di belakang Toyota (11,5 juta unit) namun mengungguli sebagian besar pesaingnya.
Nilai merger ini diperkirakan mencapai lebih dari $50 miliar atau sekitar Rp770 triliun berdasarkan kapitalisasi pasar ketiga perusahaan tersebut.
Penggabungan ini juga menciptakan potensi sinergi yang besar. Honda dapat memanfaatkan keahlian Nissan dalam bidang SUV besar, baterai kendaraan listrik, dan teknologi hybrid, sementara Nissan dapat mengadopsi reputasi Honda dalam hal performa dan kualitas.
Namun, jalan menuju unifikasi bukannya tanpa kesulitan. Sejarah kelam Nissan, termasuk masalah keuangan, perubahan manajemen, dan kasus hukum tahun 2018 terhadap mantan CEO Nissan Carlos Ghosn, menjadi pengingat penting.
Halaman selanjutnya
Sumber: Caranddriver