Kamis, 26 Desember 2024 – 20:59 WIB
Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan posisi Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia. Hal itu diungkapkannya pada pembukaan pameran sisa-sisa manusia pertama Pithecanthropus Erectus di Museum Nasional Indonesia yang bertepatan dengan peringatan 130 tahun penemuan sisa-sisa manusia Jawa kuno oleh Eugenia Dubois pada tahun 1894 di pesisir pantai Bengawan Solo.
Baca juga:
Tiga Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang Masuk Daftar UNESCO, Fadli Zon: Fondasi Identitas Nasional
Fadli mengatakan, penemuan ini merupakan pencapaian besar yang tidak hanya mengukuhkan tempat Indonesia di peta paleoantropologi dunia. Namun hal ini juga menempatkan Indonesia sebagai episentrum penting dalam evolusi manusia.
Penemuan ini bukan sekedar tonggak sejarah ilmu pengetahuan. Ini merupakan pencapaian transformasional yang mengukuhkan peran Indonesia sebagai bagian penting dalam narasi besar evolusi manusia, kata Fadli Zon dalam keterangannya, 26 Desember 2024. .
Baca juga:
Fadli Zon: Indonesia adalah laboratorium alam yang mencerminkan perjalanan evolusi manusia
Indonesia memiliki koleksi sisa-sisa manusia purba terbesar di Asia Tenggara. 60% dari seluruh temuan Homo erectus di dunia pernah ditemukan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Situs arkeologi seperti Sangiran, Trinil, dan Ngandong telah menemukan fosil berumur lebih dari 1,5 juta tahun, menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat adaptasi dan inovasi manusia purba.
Baca juga:
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membuka Museum PDRI di Sumbar
“Penemuan ini akan membuka mata dunia terhadap fakta bahwa tanah air kita menempati tempat yang tidak berubah dalam narasi besar evolusi manusia,” ujarnya.
Fadli Zon menambahkan, kawasan nusantara merupakan salah satu pusat peradaban kuno terkaya dan terkompleks di dunia, yang sangat penting dalam memahami asal muasal umat manusia. “Warisan ini melimpah dan mendasar dalam memahami sejarah dan peradaban manusia dalam skala global,” kata Fadli Zon.
Pameran ini menampilkan berbagai fosil dan artefak penting secara historis, termasuk tengkorak Homo erectus S-17, tengkorak terlengkap di dunia, yang dipamerkan untuk pertama kalinya.
Temuan lainnya, seperti sisa-sisa fauna purba Mastodon dan Stegodon, memperkaya kisah ekosistem awal nusantara, menggambarkan lingkungan dinamis tempat berbagai spesies hidup berdampingan dan menciptakan salah satu habitat paling kompleks dalam sejarah bumi.
“Fosil-fosil ini menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia adalah laboratorium alam, ruang hidup bagi manusia purba untuk belajar bertahan hidup, beradaptasi, dan berinovasi,” kata Fadli.
“Melalui pameran ini, kami mengingatkan seluruh dunia bahwa babak pertama peradaban manusia dimulai tidak hanya di Afrika, tetapi juga menemukan kekuatan dan kompleksitasnya di nusantara,” ujarnya.
Halaman berikutnya
Pameran ini menampilkan berbagai fosil dan artefak penting secara historis, termasuk tengkorak Homo erectus S-17, tengkorak terlengkap di dunia, yang dipamerkan untuk pertama kalinya.