Minggu, 5 Januari 2025 – 06:41 WIB
Bali, PANJANG HIDUP – Fenomena sampah musiman yang dibawa oleh Musim Barat ke Pulau Dewata menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah. Puing-puing yang terlempar menutupi jalan berpasir putih di sepanjang pantai.
Baca juga:
Sungai Watch dan ratusan relawan membersihkan Pantai Kedonganan di Bali, mengumpulkan 47.000 kg sampah plastik.
Pantai Samigita atau Seminyak, Legian dan Kuta yang berada dalam satu garis pantai selalu menarik sampah saat musim angin barat.
Sampah laut menumpuk di pantai setiap tahunnya. Biasanya pada bulan Desember, Januari dan Februari. Di tiga pantai, jumlahnya bisa mencapai 500 ton per hari.
Baca juga:
Pantai Kuta jadi fokus, Menko Zulhas mengatakan sampah yang menumpuk di laut berdampak pada ketahanan pangan
Anggota DPRD Badung I Wayan Puspa Negara yang juga terlibat dalam kegiatan lingkungan hidup mengatakan, Pantai Samigita menghadap ke barat. Jadi angin barat atau angin muson baratlah yang paling terkena dampaknya.
“Kalau jutaan ton sampah di tengah laut tidak bisa kita tangani, rasanya sulit untuk ditangani. Upaya yang bisa dilakukan adalah pembersihan secara berkala,” kata Puspa Negara, di Kuta, Sabtu. 4 Januari 2024.
Baca juga:
4 Menteri bersinergi dengan warga membersihkan sampah di Pantai Kuta, Bali
Menurutnya, timbunan sampah akibat peristiwa angin barat pada tahun 1980-an merupakan berkah bagi masyarakat. Mereka memanfaatkan limbah batang pohon untuk kayu bakar dan pupuk.
Namun kini jenis sampah sudah sangat kompleks. Selain sampah organik, banyak juga sampah plastik dan barang-barang rumah tangga.
“Jadi pantai-pantai di sepanjang Samigita terlihat sangat kumuh dan kumuh,” ujarnya.
Sampah yang terdampar di pantai tidak hanya berasal dari Bali, tapi juga dari berbagai daerah, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bahkan dari negara yang berbeda. Hal ini terlihat dari stempel kemasan sampah plastik yang tergeletak di tanah.
Secara umum, pengangkutan sampah berakhir pada bulan Maret. Saat angin berubah arah dari timur ke barat, kata Puspa Negara, otomatis puing-puing tersebut hilang.
“Saat angin bertiup dari barat ke timur, pada saat itulah puing-puing akan berjatuhan di pantai Kabupaten Badung yang menghadap ke barat,” kata Puspa.
Dibutuhkan teknologi yang lebih baik dan ketelitian dalam penanganan untuk menghilangkan fenomena pengiriman sampah.
“Kita perlu teknologi yang lebih baik untuk menangkap sampah di tengah laut. Jadi kita berharap ada kapal-kapal besar di laut yang bisa menangkap sampah terlebih dahulu lalu memilahnya,” ujarnya.
Bahkan mencoba mendaur ulang sampah plastik sepertinya mustahil. Perlu diingat bahwa kita masih menggunakan tenaga manusia. TPS3R di Seminyak juga memiliki kapasitas terbatas.
“Kita harus punya TPA untuk sampah seperti di Singapura karena sulit dipisahkan, tercampur dengan mikroplastik, plastik, barang-barang rumah tangga dan sebagainya,” jelas Wayan Puspa Negara.
Halaman berikutnya
Sampah yang terdampar di pantai tidak hanya berasal dari Bali, tapi juga dari berbagai daerah, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bahkan dari negara yang berbeda. Hal ini terlihat dari stempel kemasan sampah plastik yang tergeletak di tanah.