Temui Abah Guru Sekumpul, ulama Banjar generasi ke 8 Syekh Arsyad Al-Banjari

Kalimantan Selatan, VIVA – Pemberhentian Abah Guru Sekumpul akan dirayakan pada tanggal 5 Rajab 1446 H atau 5 Januari 2024. Masyarakat dari berbagai daerah, termasuk dari luar Kalimantan Selatan, mengunjungi acara Guru Sekumpul di Martapura setiap tahunnya.

Baca juga:

Kapolda Kalsel Abah Guru Sekumpul persiapan Haul ke-20, Serahkan bantuan ternak dari Polri

KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau lebih dikenal dengan Abah Guru Sekumpul adalah seorang pendeta kharismatik asal Kalimantan Selatan (Kalsel).

Ia dilahirkan pada tanggal 11 Februari 1942, 27 Muharram 1361 H di Desa Nggul Irang, Martapura, Provinsi Banjar.

Baca juga:

Mengingat Tekad Pendiri NU Kiai Bisri, Cak Imin: Punya Prinsip Teguh, Tak Pernah Putus

Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Semon lahir dari pasangan Masliah binti H Muliya bin Muhyiddin. Ia terkenal sebagai orang yang mengabdikan hidupnya pada ilmu pengetahuan di bidang agama dan sosial kemasyarakatan.

Hal ini terbukti, meski ia mengidap penyakit gagal ginjal yang memerlukan cuci darah dua kali seminggu, ia tetap rutin menyelenggarakan pengajian di musala Ar-Raudha yang terletak di seberang rumahnya.

Baca juga:

Haul Kiai Iskandar dan Pendiri NU Cak Imin: Keteladanannya tidak akan pernah terhapuskan

Pengajian Abah Guru selalu ramai dikunjungi banyak orang. Bahkan jemaahnya berasal dari berbagai kalangan dan daerah.

Jalan Sekumpul Martapura Banjar Guru Sekumpul 15 ramai.

Silsilah Abah Guru Sekumpul

KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Semon bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifa Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.

Pelatihan Harness Instruktur

Semasa kecil, Abah Guru Sekumpul dekat dengan ayah dan neneknya. Kedua pribadi inilah yang menanamkan kedisiplinan dalam mempelajari tauhid dan akhlak serta belajar membaca Al-Qur’an.

Ia hafal Al-Qur’an pada usia 7 tahun, dan pada usia 9 tahun, ia berhasil menghafal kitab “Tafsir Jalalain” karya ulama Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli.

Selain itu, Pondok Pesantren Abah Guru Sekumpul Darussalam Martapura, menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren selama 12 tahun dengan sangat baik.

Selain nenek dan ayahnya, KHMuhammad Zainy muda mendapat pendidikan langsung dari pamannya KHSeman Mulia. Dan melalui pamannya, Abah Guru Sekumpul diajak mengunjungi tokoh Islam ternama di Kalimantan Selatan dan Jawa.

Sebagai pamannya mengajak KH Muhammad Zaini muda untuk belajar kepada al-Alim al-Allamah Syekh Anang Sya’rani Arif yang terkenal di bidang hadis dan tafsir, serta beberapa ulama lainnya.

Doktrin agama Islam

Setelah belajar dari satu guru ke guru lainnya, KHMuhammad Zainy Darussalam mendapat amanah mengajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Martapura.

Di bawah bimbingan KH Abdul Qadir Hasan, KH Sya’rani Arif dan KH Salim Ma’rif, Abah Guru Sekumpul akhirnya menjadi guru di Pesantren Darussalam.

Karier mengajarnya di Darussalam hanya bertahan selama lima tahun, ketika Abah Guru Sekumpul mengundurkan diri untuk menyebarkan ajaran Islam lebih luas kepada masyarakat umum dengan membuka kajian di rumahnya di Keraton, Martapura.

Pertama, diadakan pembacaan kitab dalam rangka menunjang pendidikan santri Pondok Pesantren Darussalam. Namun seiring berjalannya waktu, jemaah lain pun turut serta dalam pengajian Abah Guru Sekumpul.

KH Muhammad Zainy juga dikenal sebagai orang yang memperkenalkan kitab “Maulid Simthud Durar” karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsi.

Pada tahun 1980-an, Abah Guru Sekumpul memilih kawasan Sungai Kacang sebagai rumahnya. Hal ini juga bertujuan untuk menampung ribuan jamaah yang menghadiri setiap pembacaan. Gerakan ini juga bertujuan untuk mengikuti perjalanan dakwah Nabi kita Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Karya Abah Guru Sekumpul

Selama berdakwah, Abah Guru Sekumpul menghasilkan sejumlah karya tulis berupa buku. Buku-bukunya juga sering dijadikan sumber dalam ilmu pengetahuan Islam. Berikut beberapa buku yang ditulis oleh Abah Guru Sekumpul:

– Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdulkarim al-Qadiri al-Hasani al-Sammon al-Madani

– Risolatun Nuraniya fi Syarhi Tawassulat al-Sammonia

– Nubzah fi manoqib al-imam al-azham al-faqih al-muqaddam

– Ar-Risola fi Auradil Mufidah.

– Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad.

Abah Domla Sekumwat meninggal dunia

Setelah mengabdikan dirinya sebagai dakwah, Abah Guru Sekumpul menderita penyakit ginjal dan harus dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

Setelah sepuluh hari menjalani perawatan di Singapura, Abah Guru Sekumpul diperbolehkan pulang pada 9 Agustus 2005. Namun keesokan harinya, pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul meninggal dunia dalam usia 63 tahun.

Abah Guru dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga dekat Musala Sekumpul Ar-Raudha.

Halaman berikutnya

Silsilah Abah Guru Sekumpul

Halaman berikutnya



Sumber