Pasca boikot, istilah baru cuci Palestina, apa itu?

Selasa, 7 Januari 2025 – 23:55 WIB

Jakarta – Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina telah menciptakan kondisi baru bagi masing-masing pihak. Misalnya, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) adalah gerakan terbaru Palestina. Apa itu?

Baca juga:

“Ribuan pengungsi Palestina menghadapi situasi yang mengerikan di Mesir”

Pencucian Palestina adalah tindakan penyelamatan diri yang dilakukan oleh merek-merek global yang terkait dengan Israel, yang menunjukkan simpati terhadap rakyat Palestina. Yuk scroll untuk mengetahui detail selengkapnya!

Peneliti Pusat Penelitian dan Analisis Ekonomi Nusantara Edo Segara Sutanto menjelaskan, kepentingan bisnis yang memanfaatkan pencucian uang Palestina bentuknya bermacam-macam, seperti perusahaan yang memanfaatkan konflik untuk meningkatkan penjualan, selebritis atau influencer yang menduduki jabatan tanpa kontribusi nyata, hingga negara atau organisasi yang mengalihkan perhatian. dari permasalahan rumah tangga mereka.

Baca juga:

Petugas kesehatan melakukan protes di Parlemen Eropa menuntut pembebasan dokter Palestina yang ditangkap Israel

“Mencuci Palestina, ada entitas baik perusahaan, selebriti, bahkan negara yang memanfaatkan situasi perang Israel-Palestina untuk kepentingan bisnis atau citranya,” kata Edo dalam keterangannya, Selasa, 7 Januari 2025.

Baca juga:

Pimpinan WHO belum mendapat informasi mengenai kondisi direktur rumah sakit di Gaza yang ditawan Israel.

Menurutnya, pelaku kejahatan biasanya memanfaatkan konflik di Timur Tengah untuk kepentingan pribadi.

Istilah “mencuci Palestina” meluas setelah Wakil Sekretaris Jenderal MUI Ikhson Abdullah menggunakannya dalam berbagai situasi. Salah satunya, Wakil Sekretaris Jenderal MUI yang kerap mempromosikan beberapa produk air minum dalam kemasan (BWD).

Edo juga mempertanyakan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam konflik Palestina-Israel. Menurutnya, MUI seharusnya berperan mengedukasi masyarakat dibandingkan aktif mempromosikan produk tertentu.

Memang apa kewenangan MUI untuk mempromosikan kepada konsumen beberapa produk yang tidak ada hubungannya dengan Israel, kata Edo Segara mempertanyakan sebenarnya tugas dan fungsi MUI.

Menurutnya, kisah Ikhsan Abdullah mengagetkan tuntutan kepentingan bisnis. Sebab, hal itu menyiratkan adanya perusahaan yang berusaha melindungi diri dengan dicurigai memiliki hubungan dengan Israel.

Menurut Edo, peran MUI, termasuk Ihsan Abdullah, adalah memastikan produk tertentu berdasarkan informasi spesifik benar-benar dikaitkan dengan Israel. Yang salah, kata dia, mengkampanyekan produk tertentu, apalagi saat krisis kemanusiaan di Palestina.

Akademisi Universitas Islam Yogyakarta (UII) menilai MUI harus meniru pendekatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyetujui hubungan perusahaan tertentu dengan Israel. Oleh karena itu, jangan membuat klaim tanpa data pendukung yang lengkap dan akurat.

“Memanfaatkan keadaan perang untuk kepentingan bisnis merupakan tindakan yang sangat tidak bermoral dan dapat dianggap jahat. Perang seperti konflik Israel-Palestina menimbulkan penderitaan yang sangat besar bagi jutaan orang,” kata Edo.

Dalam situasi seperti ini, sarannya, sebaiknya pihak-pihak yang ingin berpartisipasi memberikan kontribusi nyata, seperti mendonasikan keuntungannya kepada lembaga kemanusiaan atau menjelaskan pentingnya perdamaian. Menurutnya, mengarahkan tindakan pada kepentingan pribadi di tengah penderitaan merupakan bentuk oportunisme yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan.

“Meskipun strategi ini sering dianggap bijak dalam dunia bisnis, namun mengeksploitasi penderitaan akibat perang demi keuntungan pribadi adalah tindakan tidak bermoral,” tambah Edo.

Namun, Edo menilai sebaiknya masing-masing pihak fokus membantu para korban kekejaman tentara Israel. Menurutnya, prioritas harus diberikan pada menjaga stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri daripada menggunakan konflik kemanusiaan yang ada untuk menjatuhkan satu sama lain.

Halaman selanjutnya

Edo juga mempertanyakan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam konflik Palestina-Israel. Menurutnya, MUI seharusnya berperan mengedukasi masyarakat dibandingkan aktif mempromosikan produk tertentu.

Jenderal TNI Agus Subiyanto pimpin Sertijab, Mayjen Kunto Arief Wibowo kini menjabat Pangkogabwilhan I



Sumber